Selasa, 09 April 2013

PENGARUH PERAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PADA ANAK

DRAF PROPOSAL
PENGARUH PERAN KELUARGA TERHADAP PEMBENTUKAN KONSEP DIRI PADA ANAK
Di Susun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah:
Metode Penelitian dan Statistik Dasar
Dosen Pengampu Mata Kuliah Metode Penelitian dan Statistik Dasar:
DR. Drs. Rufi’i, SSi, ST, MPd


Oleh :

Qorriy Firdausiyal Umamah
12-700-0033



Program Studi D-III Kebidanan
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SUARABAYA
APRIL 2013



KATA PENGANTAR

Sebagai tanda syukur yang mendalam atas rahmat, taufik dan hidayahNya, Alhamdulillah telah terselesaikan penyusunan Proposal “Pengaruh Pendidikan Keluarga terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak” ini.
            Proposal “Pengaruh Pendidiksn Keluarga terhadap Perkembangan Anak Usia Dini” ini dapat penulis rampungkan berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak yang dengan ketulusan dan keridoannya berperan serta memberikan arahan dan masukan sehingga Proposal “Pengaruh Pendidiksn Keluarga terhadap Perkembangan Anak Usia Dini” ini dapat terselesaikan.
            Dalam penyusunan Proposal “Pengaruh Pendidiksn Keluarga terhadap Perkembangan Anak Usia Dini” ini dijabarkan bagaimana penerapan pendidikan yang dilakukan oleh keluarga terhadap anak-anaknya. Sehingga nantinya bisa digunakan sebagai referensi dalam pemberian penyuluhan kepada para keluarga yang memiliki anak usia dini tentang bagaimana cara mendidik anak yang benar.
Pada kesempatan ini perkenankan saya mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:
1.      Ibu Sumiati, S.kep., Ns., M.Kes., selaku direktur Program Studi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya.
2.      Bapak Rufi’i ,selaku Dosen Pengampu Mata Kuliah Metodologi Penelitian dan Statistika.
3.      Bapak, Ibu, Kakak, dan Adik tercinta atas segala do’a dan dukungan yang tidak pernah behenti sehingga sangat berarti bagi penulis.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan balasan pahala atas segala amal baik yang telahdiberikan.Ahirnya penulis berharap semoga penyusunan Makalah “Cara-cara Pendekatan Sosial Budaya Dalam Praktik Kebidanan Melalui Kesenian Tradisional” ini dapat berguna bagi kita semua, khususnya bagi penulis pribadi dan bagi praktisi pendidikan umumnya.


APRIL 2013

PENULIS






BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Mempunyai seorang anak  merupakan anugerah yang di berikan Tuhan kepada kita yang wajib di syukuri, karena anak merupakan penerus keturunan kita baik di lingkungan keluarga, masyarakat maupun negara.
Seperti yang disebutkan dalam hadist yang mengatakan bahwa, seorang anak di Iahirkan sebagai seorang muslim dan orang tua-nyalah yang akan menentukan ia sebagai seorang yang memeluk agama atau tidak.
Dengan pendapat itu sudah jelas bahwa peran pendidikan dalam keluarga maupun masyarakat sangat penting, karena melalui pendidikan akan menentukan suatu karakter anak dan masa depannya. Sistem pendidikan nasional yang semesta menyeluruh dan terpadu dalam angka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya serta merupakan wahana kelangsungan hidup bangsa dan Negara pada hakikatnya menjadi tanggung jawab seluruh bangsa Indonesia dan di laksanakan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintahan. Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak-anaknya lebih bersifat pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, seperti tolong menolong, menghormati yang lebih tua dan menghargai yang lebih muda, bersama-sama dalam menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya.
Dalam rangka pelaksanaan pendidikan nasional, peranan kelurga sebagai Lembaga pendidikan semakin tampak dan penting. Peranan keluarga terutama dalam penanaman sikap dan nilai hidup pengembangan bakat dan minat serta pembinaan bakat dan kepribadian. Sehubungan dengan hal itu, penanaman nilai-nilai pancasila, nilai-nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan yang Maha Esa di mulai dalam pendidikan atau peran dari keluarga.
Agar keluarga dapat memainkan peran tersebut, keluarga juga perlu di bekali dengan pengetahuan dan keterampilan, sehingga perlu adanya pembinaan kepada keluarga. Hal ini dapat di capai melalui pendidikan kemasyarakatan terutama pendidikan orang dewasa dan pendidikan wanita.
Pemberian pendidikan terhadap anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang di tujukan kepada anak dari awal pertama ia memasuki kehidupan dunia, yang seiring berputarnya jarum jam pertumbuhan seorang anak bertambah yang dalam proses pertumbuhan tersebut seorang keluarga sudah menanamkan sebuah pendidikan kepada anak-anaknya melalui nyanyian, ucapan, kasih sayang dll. yang mungkin hal tersebut tidak dapat diserap dan diterapkan pada saat itu juga, tetapi seorang anak akan mampu mengingat dan dikemudian hari ia akan menerapkan apa yang ia terima atau yang sudah terekam dalam benaknya apa yang telah diajarkan oleh keluarganya itu dari awal ia tahu dunia hingga ia menajalankan kehidupan-kehidupan di dunia.
Dengan di lakukannya pembinaan kepada anak-anak usia dini melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiiki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut,seperti yang tercantum dalam Undang-Undang Nasional Tahun 2003 Pasal 7 yang Berbunyi ” Orang tua berhak berperan serta dalam memilih satuan pendidikan dan memperoleh informasi tentang perkembangan pendidikan anaknya”.
Pada jalur non formal ,Pendidikan Anak Usia Dini dapat berbentuk Kelompok Bermain(KB), Taman Penitipan Anak (TPA) ,atau bentuk lain yang sederajat sedangkan pada jalur informal berbentuk pendidikan keluarga atau pendidikan yang di selenggarakan oleh lingkungan.

1.2         Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak” adalah sebagai berikut:
1.             Bagaimana pengaruh peran keluarga terhadap pembentukan konsep diri pada anak ?
1.3         Tujuan Penelitian
1.3.1   Tujuan Umum
Tujuan Penelitian dalam “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak”  adalah sebagai berikut:
1.             Untuk mengetahui bagaimana pengaruh peran keluarga terhadap pembentukan konsep diri pada anak.

1.3.2   Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tindakan keluarga terhadap pemberian pendidikan kepada anak-anaknya.
2.    Untuk mengetahui bagaimana metode dan hal apa saja yang dapat mempengaruhi proses pembentukan konsep diri anak.
1.4         Manfaat Penelitian
1.4.1   Bagi Peneliti
1        Agar peneliti bisa mengetahui pengaruh-pengaruh pendidikan keluarga terhadap perkembangan konsep diri pada anak.
2.      Peneliti dapat menerapkan konsep-konsep yang dapat membantu pembentukan konsep diri pada anak yang diberikan melalui peran keluarga.
1.4.2   Bagi Profesi
1        Agar mampu memberikan perbandingan-perbandingan pengaruh peran keluarga terhadap pembentukan konsep diri pada anak.
2.      Agar mampu memberikan informasi tentang bagaimana cara mendidik anak yang baik kepada para pasien.
1.4.3   Bagi Masyarakat
1        Mampu menerapkan cara-cara mendidik anak yang baik dan benar untuk menjadikan generasi yang platinum.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1         Variabel Bebas.
2.1.1   Pengertian Peranan keluarga.
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Setiap Orang tua mengharapkan anaknya patuh dan banyak lagj harapan lain tentang anak yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Sementara itu setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang punya kepribadian, anak yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa. Anak yang berakhlak mulia, anak yang berbakti terhadap orangtua, anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, dan negara serta bagi agamanya.
Simaklah kembali motto Ki Hajar Dewantara, yang berbunyi ”Ing Ngarso Sung Tulodo:Di depan menjadi teladan”. Di sini orang yang mendidik atau orang tua harus aktif memberi contoh kepada anaknya, begitupun anaknya juga harus ikut aktif menerima dan mengikuti contoh yang diberikan. “Ing Madyo Mangun Karso: Di tengali (bersania anak) membina kemauannya. Di sini yang mendidik atau orang tua dan anak bereaksi mengeimbangkan dan menyalurkan kemauannya .’Tut Wuri Handayani” : Mengikuti dari belakang. Di sini yang mendidik atau orang tua mengikuti sambil tetap memberikan pengaruh dan anak bergerak maju.

2.1.2   Fungsi peranan anggota keluarga.
Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia di lahirkan dan berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian pada tiap-tiap manusia. Pendidikan yang di terima dalam keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Adapun peranan anggota terhadap pendidikan anak-anak, yaitu terbagi dalam 4 peran:
a.      Peranan ibu.
Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peranan yang terpenting terhadap anak-anaknya. Sejak anak itu di lahirkan, ibulah yang selalu ada disampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara, dan selalu bercampur gaul dengan anak-anak. itulah sebabnya kebanyakan anak selalu cinta kepada ibunya daripada cinta kepada anggota keluarga lainnya.
Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat di abaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah yang bijaksana dan pandai mendidik anak-anaknya. Sebagian orang mengatakan bahwa kaum ibu adalah pendidik bangsa. Nyatalah betapa berat tugas seorang ibu sebagai pendidik dan pengatur rumah tangga. Baik buruknya pendidikan ibu terhadap anaknya akan berpengaruh terhadap perkembangan dan pembentukan watak anaknya di kemudian hari.
Demikian pula, apabila seorang ibu berlebih-lebihan dalam mencurahkan perhatian kepada anaknya, asalkan segala pernyataan di sertai kasih Sayang yang terkandung dalam hati ibunya, anak itu dengan mudah akan tunduk pada apa yang diperintahnya, sesuai dengan fungsi serta tanggung jawabnya sebagai anggota keluarga.
Dapat di simpulkan bahwa peranan ibu dalam memberikan pendidikan kepada anak-anaknya merupakan sebuah sumber pemberi rasa kasih sayang, mengasuh dan memelihara anak, menjadi tempat untuk mencurahkan isi hati, pengatur kehidupan dalam rumah tangga, pembimbing hubungan pribadi, serta menjadi pendidik dalam segi-segi emosional.

b.      Peranan ayah.
Di samping ibu, seorang ayah pun memegang peranan yang penting pula. Seorang anak memandang ayahnya sebagai seorang yang tertinggi gengsinya atau prestisenya. Kegiatan seorang ayah terhadap pekerjaannya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya, lebih-lebih pengaruh untuk anak yang sudah beranjak lebih dewasa. Meskipun demikian, di beberapa keluarga masih dapat kita lihat kesalahan-kesalahan pendidikan yang di akibatkan oleh tindakan seorang ayah. Karena sibuknya bekerja mencari nafkah, si ayah tidak ada waktu untuk bergaul mendekati anak-anaknya. Lebih celaka lagi jika seorang ayah mencari kesenangan bagi dirinya sendiri saja. Segala kekurangan dan kesalahan yang terdapat di dalam rumah tangga mengenai pendidikan anak-anaknya di bebankan kepada istrinya, dituduhnya dan di maki-maki istrinya apabila anak-anaknya tidak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh seorang ayah.
Tanpa bermaksud mendiskriminasikan tugas dan tanggung jawab ayah dan ibu di dalam keluarga, di tinjau dari fungsi dan tugas sebagai seorang ayah, dapat di kemukakan di sini bahwa peranan ayah dalam pendidikan anak-anaknya yang lebih dominan adalah sebagai berikut:
a.              Menjadi sumber kekuasaan dalam keluarga,
b.             Menjadi penghubung Intern keluarga dengan masyarakat atau dunia luar,
c.              Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga,
d.             Menjadi pelindung terhadap ancaman dari luar,
e.              Menjadi hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan dalam keluarga, dan
f.              Sebagai Pendidik dalam segi-segi rasional
c.       Peranan Nenek atau Kakek.
Selain oleh ibu dan ayahnya, banyak pula anak-anak yang menerima pendidikan dari neneknya, kakeknya ataupun keduanya. Umumnya, nenek itu merupakan sumber kasih sayang yang mencurahkan kasih sayangnya yang berlebih-lebihan terhadap cucu-cucunya. Mereka tidak mengharapkan sesuatu dari cucu-cucunya itu, mereka semata-mata memberikan kasih sayang belaka kepada cucu-cucunya. Maka dari itu, mereka memanjakan cucu-cucunya dengan sangat berlebih-lebihan.
Dalam suatau keluarga yang serumah dengan nenek, sering sekali terjadi pertengkaran atau perselisihan antara orang tua anak dan nenek mengenai cara mendidik anak-anaknya. Sering bertentangan dengan pandangan nenek yang merasa bahwa si nenek itu sudah lebih banyak “makan garam” yaitu lebih banyak memiliki pengalaman dari pada anaknya (orang tua anak itu).
Dari sekian banyak pengalaman yang dirasakan oleh banyak keluarga, orang dapat mengetahui bahwa untuk kepentingan pendidikan anak-anaknya, dari sekian banyak keluarga lebih memilih untuk tinggal terpisah dengan keluarga (nenek/ibu dari orang tua anaknya) karena hal itu lebih baik dibandingkan jika keluarga itu tinggal satu rumah dengan keluarga (nenek/ibu dari orang tua anaknya). Tetapi apabila sewaktu-waktu nenek berkunjung dan bermalam di rumah orang tua, hal itu tidak mempengaruhi watak anak yang selalu ingin dimanja melainka hal itu telah cukup untuk menyenangkan hati anak-anaknya atau bahkan cucu-cucunya.

d.      Peranan permbantu Rumah Tangga (Pramuwisma).
Keluarga yang berkecukupan sosial-ekonominya sering memiliki seorang atau lebih pembantu rumah tangga atau pramuwisma. Tugas pramuwisma di samping mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga seperti memasak, mencuci dan menyetrika pakaian, membersihkan halaman, menyiram tanaman hias sering pula di berikan tugas untuk mengasuh atau memelihara anak-anak. Bahkan ada pula pramuwisma yang di berikan tugas khusus untuk mengasuh dan memelihara anak-anak yang masih kecil (baby sitter) karena kedua orang tua anak-anak itu sibuk bekerja atau mencari nafkah di luar rumah. Dalam hal yang demikian pramuwisma dapat di katakan anggota keluarga yang juga turut berperan dalam pendidikan anak-anak di dalam keluarga.
Pada umumnya pramuwisma (yang bukan babysitter) tidak memiliki pengetahuan ataupun pengalaman yang cukup dalam mengenai hal mengasuh atau mendidik anak-anak, apalagi pramuwisma yang masih muda atau belum pernah berkeluarga. Oleh karena itu ,bagi para orang tua, betapa pun sibuk dan sempitnya waktu terluang untuk anknya, tidak baik jika menyerahkan sepenuhnya pendidikan anak- anaknya kepada pramuwisma. Peranan pramuwisma sebagai pembantu rumah tangga seyogyanya hanyalah sebagai “pembantu”, begitu pula dalam mengasuh dan mendidik anak-anak di dalam keluarga. Sedangkan yang tetap berperan dan menentukan pendidikan anak-anak adalah orang tua, yaitu ayah dan ibu.

2.2         Variabel Terikat
2.2.1   Tugas Peranan Keluarga.
Tugas dan tanggung jawab orang tua dalam keluarga terhadap pendidikan anak- anaknya lebih bersifat pendidikan dalam pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, seperti tolong menolong, bersama-sama saling menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya.
Peranan keluarga sangat penting terutama dalam penanaman nilai-nilai pancasila, nilai- nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Anggota keluarga dalam mendidik anak juga harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan pendidikan, sehingga perlu adanya pembinaan kepada anggota keluarga. Hal ini dapat di capai melalui pendidikan bermasyarakat, terutama pendidikan bagi orang dewasa dan pendidikan wanita.
Dalam pasal I. UU perkawinan no. 1 Tahun 1974 di katakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir dan batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera berdasarkan ketuhanan Yang Maha Esa. Anak yang lahir dari perkawinan ini adalah anak yang sah dan menjadi hak dan tanggung jawab kedua orang tuanya untuk memelihara dan mendidik dengan sebaik-baiknya.
Kewajiban orang tua mendidik anak ini terus berlanjut sampai ia dikawinkan atau dapat berdiri sendiri. Bahkan menurut pasal 45 ayat 2 UU perkawinan ini, kewajiban dan tanggung jawab orang tua akan kembali apabila perkawinan antara keduanya putus karena sesuatu hal, maka anak akan kembali menjadi tanggung jawab orang tua.

2.2.2   Kewajiban Keluarga
Kewajiban mendidik secara tegas di nyatakan dalam Firman Allah dalam surat At-Tahrim ayat 6, yang berbunyi: “Yaa ayyuhaladzina amanu ku anfusikum wa ahlikum nar”, yang artinya “Wahai orang-orang yang beriman peliharalah diri dan keluargamu dari api neraka “(QS. At -Tahrim : 6). Perkataan Al-Qur’an di sini adalah kata kerja perintah atau fi’iel amar yaitu suatu kewajiban yang harus di tunaikan oleh kedua orang tua terhadap anaknya.
Kedua orang tua adalah pendidik yang pertama dan utama bagi anaknya, karena sebelum orang lain mendidik anak ini, kedua orang tuanyalah yang mendidik terlebih dahulu. Apabila dikaji secara mendalam, memang benar apabila tanggung jawab pendidikan terletak di tangan kedua orang tua dan tidak dapat di pikulkan kepada orang lain, kecuali apabila orang tua merasa tidak mampu melakukan sendiri, maka bolehlah tanggung jawabnya di serahkan kepada orang lain misalnya dengan cara di sekolahkan.
Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan dan di bina oleh kedua orang tua terhadap anak-anaknya antara lain:
a.             Memelihara dan membesarkannya merupakan tanggung jawab orang tua, yaitu berupa dorongan alami untuk di laksanakan, karena anak memerlukan makan, minum dan perawatan, agar dia dapat hidup secara berkelanjutan.
b.             Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya.
c.             Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya, sehingga apabila ia telah dewasa ia mampu berdiri sendiri dan menbantu orang lain .(hablum minanas) serta melaksanakan kekhalifahannya atau kepemimpinanya.
d.            Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya pendidikan agama sesuai dengan ketentuan Allah SWT sebagai tujuan akhir hidup seorang muslim, tanggung jawab ini di kategorikan sebagai tanggung jawab kepada Allah.

2.2.3   Cara Mendidik Anak
Cara pendidikan anak dapat di tempuh pula dengan menimbulkan kesadaran berkeluarga, yaitu ia adalah salah satu anggota keluarga di dalam rumahnya. Ia mempunyai ayah dan ibu serta saudara (kakak atau adik) sekandung. Dalam keluarga, banyak pembinaan kepribadian anak yang di lakukan oleh kedua orang tua terhadap anaknya dengan ajaran agama yang berkesinambungan, hal ini dapat di lakukan dengan mudah untuk membimbing dan membina seorang anak. Maka ia dapat di harapkan akan menjadi seorang anak yang kelak akan menjadi manusia yang berkepribadian muslim. Ia akan baik dengan tetangga dan teman sepergaulan atau dengan orang lain dalam bermasyarakat di mana ia tinggal.
Kalangan ibu atau wanita di golongkan kepada kaum yang lemah. Meskipun demikian, secara kerohanian wanita adalah mahluk Allah yang kuat dalam pendirian dan prinsip hidup dalam keluarga. Melalui belaian tangan, ciumannya serta kata-katanya yang lemah lembut. Anak akan merasa dekat dan lebih sayang kepadanya di bandingkan kedekatan kepada ayahnya. Anak sebagai manusia kecil yang sedang menuju ke arah perkembangannya yang sempurna, tidak luput dari beberapa tingkah laku dan sikapnya yang dapat mengganggu keharmonisan rumah tangga.
Gangguan akibat pertumbuhan dan perkembangan ini adalah wajar, namun hubungan kekeluargaan. Beberapa sifat dan sikap yaog mungkin muncul itu antara lain di kemukakan oleh Dr.Sis Heyster dalam bukunya Tahun 1998 ilmu jiwa anak dari masa muda dan juga oleh Cryn dan Reksosiswoyo sebagai berikut: keras hati,keras kepala,manja,merajuk,berkata gagap ,ingin menang sendiri ,frustasi dan gangguan anak yang disebut infant terrible.sifat tingkah laku yang di tampilkan anak-anak di atas terutama oleh anak yang berusia sebelum sekolah antara 3 dan 5 tahnn di bawah ini hanya di bicarakan beberapa buah saja yaitu dusta,gagap dan infant terrible.

2.2.4   Upaya keluarga dalam mendidik anak.
a.       Tidak bersikap memanjakan anak yang berlebih-lebihan.
Contohnya: jika anak kita sedang menangis tidak usah langsung di gendong. Karena hal itu akan membuat anak
b.      Dalam hal mendiamkan anak yang sedang menangis hendaknya di dihindari dengan cara menakut-nakuti. Tindakan menakut-nakuti ini akan membentuk sifat penakut terhadap anak.
c.       Dalam hal menyusui anak ,hendaknya di usahakan tidak melewati usia dua tahun.
d.      Ajarkan kata-kata pendek yang yang mengandung didikan agama
seperti nama tuhan ,kitab suci dan Iain-lain.
e.       Saat memberi makanan ,biasakan orangtua membaca doa dengan suara agak di keraskan agar anak dapat mendengar ,dan di harapkan dia akan menirunya.
f.       Membiasakan cinta kebersihan.
g.      Tidak raemarahi apalagi membentak atau berkata kasar jika ana merusak barang yang di rumah.yang perlu kita bina adalah rasa segan anak terhadap orang lain.
h.      Ada baiknya hari kelahiran anak di peringati dengan maksud Mendidik anak untuk mensyukuri nikmat hidup dari tuhan, mendidik anak untuk bermasyarakat ,dengan dia berkumpul bersama teman-temannya.
i.        Dalam banyak hal orang tua harus mampu berperan sebagai guru yang patut di patuhi dan di turuti oleh anak-anaknya.










BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL PENELITIAN DAN HIPOTESIS
3.1         Kerangka Konseptual Penelitian
IBU
PEMBANTU
NENEK
AYAH
ANAK
KELUARGA
                               




Gambar 3.1  Kerangka Konsep Secara Umum Peran Keluarga Dapat Mempengaruhi Anak

Dari gambar diatas dapat diketahui bahwa, umumnya didalam satu keluarga terdiri dari Ibu, Ayah, Nenek atau Kakek, dan kadangkala terdapat juga Pembantu Rumah Tangga. Dari keempat anggota keluarga tersebut, mereka semualah yang memiliki peran dalam proses pembentuka konsep diri pada anak.
Tugas dan tanggung jawab keluarga terhadap pendidikan anak- anaknya lebih bersifat pendidikan dalam pembentukan watak dan budi pekerti, latihan keterampilan dan pendidikan kesosialan, seperti tolong menolong, bersama-sama saling menjaga kebersihan rumah, menjaga kesehatan dan ketentraman rumah tangga dan sejenisnya. Selain itu, keluarga juga menanamkan nilainilai Pancasila dan Keagamaan kepada anak-anaknya, sehingga anak-anaknya menjadi anak yang memiliki konsep diri sesuai dengan Nilai-nilai dalam Pancasila dan Keagamaan.

KELUARGA
Utama dan Pertama
4    PEMBANTU
3        NENEK
2         AYAH
1           IBU
Peran
Peran
-       Orang pertama yang memberikan pendidikan kepada anak.
-       Sumber pendidikan dasar bagi anak.
-       Sumber cinta dan Kasih Sayang.
-       Mengasuh, memelihara dan membimbing anak.
Peran
-       Sumber kekuasaan dalam keluarga.
-       Sumber rasa aman bagi seluruh anggota keluarga.
-       Sebagai pelindung terhadap ancaman dari luar.
-       Menjadi hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan dalam keluarga.
-       Sumber kasih sayang yang berlebihan.
-       Mendidiknya dengan cara memanjakan anak (cucu).

Peran
Peran
-       Memasak, mencuci dan menyetrika pakaian,
-       Membersihkan halaman, menyiram tanaman hias.
-       mengasuh atau memelihara anak-anak.
 



























Gambar 3.2  Kerangka Konsep Fungsi dan Peran Keluarga Secara Umum
Gambar 3.2 diatas menjelaskan bagaimana peran atau fungsi keluarga yang diberikan atau yang dilakukan dalam memberikan asuhan kepada anak. Keluarga merupakan peranan yang utama dan pertama bagi anak. Dalam keluarga yang pertama kali memberikan perawatan, pendidikan, kasih sayang, dan merupakan sumber pendidikan pertama dengan asuhan yang diberikan melalui perasaan atau melalui nalurinya yaitu seorang Ibu.
Pemberi kekuasaan, rasa aman bagi seluruh anggota keluarga, menjadi pelindung terhadap ancaman dari luar dan menjadi hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan dalam keluarga adalah seorang Ayah. Sedangkan yang paling sering memanjakan anak, pemberi kasih sayang yg tinggi kepada anak (cucu) yaitu Nenek atau Kakek. Pembantu rumah tangga yaitu sumber pendidikan yang juga dapat mempengaruhi pembentukan konsep diri pada anak, pembantu memiliki peran sebagai pengasuh, pendidik anak sesuai dengan apa yang sudah direncanakan oleh sang majikan dalam memberikan pendidikan pada anaknya melalui seorang pembantu rumah tangga.

3.2         Hipotesis
Dari kerangka konseptual penelitian di atas, dapat kita ketahui bahwa terdapat pengaruh  peran keluarga terhadap pembentukan konsep diri pada anak, dapat kita telaah yaitu dengan melihat salah satu contoh nyata yang benar-benar terjadi dalam kehidupan sehari-hari: “ apabila dalam kehidupan sehari-harinya, didalam keluarga tersebut bapak atau ibunya selalu menggunakan kata-kata jorok, sering ada percekcokan, sering melakukan kekerasan (memukuli istri), dan sebagainya. Maka sikap dan mental seorang anak terganggu oleh perbuat keluarganya bapak atau ibunya. Disaat anak masih berumur 0-6 tahun, otak anak dengan mudahnya menyerap, mengingat, merekam apa yang di lihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasakannya. Sehingga apabila seorang keluarga menerapkan kata-kata kotor, kasar dalam keluarganya maka anak tadi akan menirukan apa yang pernah diucapkan oleh keluarganya. Lambat laun, apa yang diserap atau apa yang direkam oleh memori otak itu akan anak lakukan dan menerapkannya atau melakukannya disaat anak itu sudah beranjak dewasa.
Contoh lain dalam kehidupan sehari-hari, yaitu “apabila seorang ibu atau ayah selalu menyalahkan anaknya jika anaknya melakukan kesalahan yang belum tentu kesalahan tersebut dilakukan olehnya, dan ibu atau ayahnya tidak mau mendengarkan apa yang mau dijelaskan anaknya,  maka hal tersebut akan membuat mental anak menjadi rendah, anak akan menjadi kurang percaya diri, anak menjadi tidak yakin akan kemampuannya sendiri, merasa tidak dipercaya karena sudah dianggap berbohong, dan sebagainya.
Dari kedua contoh diatas, dapat diambil kesimpulan bahwa keluarga sangatlah berpengaruh dalam pembentukan konsep diri pada anak, terutama pada usia dini (0-6 tahun). Maka dari itu, seorang keluarga haruslah memperlakukan anak-anaknya dengan baik, memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya bahwa anaknya bisa melakukan sesuatu yang akan dilakukannya agar anak-anaknya tidak merasa diremehkan, tidak merasa memiliki kemampuan. Berilah pelayanan pendidikan yang nyaman, yang dapat memicu pembentukan konsep diri yang lebih baik, sehingga tidak penyesalan ataupun rasa kecewa terhadap apa yang diharapkan oleh orang tua dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya akibat perlakuan dari orang tua sendiri.











BAB IV
METODE PENELITIAN

4.1         Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak adalah penelitian analitik yang bertujuan untuk menganalisis bagaimana pengaruh atau dampak-dampak dari peran keluarga dalam pembentukan konsep diri seorang anak. Analisis peristiwa dilakukan secara sistematis dan lebih menekankan pada data faktual dan penyimpulan. Fenomena disajikan secara apa adanya tanpa manipulasi dan peneliti mencoba menganalisa bagaimana dan mengapa fenomena tersebut bisa terjadi pada lingkungan masyarakat.

4.2         Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak dilakukan pada tanggal 22 Maret 2013 sampai tanggal 07 April 2013. Penelitian di laksanakan di Dusun Tenggina Desa Artodung Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan.

4.3         Kerangka Penelitian
Kerangka penelitian “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak” menggunakan metode wawancara dengan 10 keluarga yang menjadi responden dalam penelitian ini.

4.4         Identifikasi Variabel
Penelitian “Pengaruh Peran Keluarga Terhadap Pembentukan Konsep Diri Pada Anak” menggunakan dua variabel yaitu Variabel Independent dan Variabel Dependent. Dilihat dari penelitian ini, Variabel Independent sangatlah berpengaruh pada pembentukan Variabel Dependent. Dapat kita lihat pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen pada gambar 4.1.

VARIABEL INDEPENDENT
KELUARGA
1.              IBU
2.              AYAH
3.              NENEK ATAU KAKEK
4.              PEMBANTU RUMAH TANGGA
VARIABEL DEPENDENT

PEMBENTUKAN KONSEP DIRI ANAK
Dapat Mempengaruhi
 








Gambar 4.1 Variabel Independent dapat mempengaruhi Variabel Dependent.

4.5         Definisi Operasional
4.5.1   Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal (Peran yang Nampak Jelas) maupun secara informal (Peran Tertutup).  Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut. ( Friedman, M, 1998 : 286 )
4.5.2   Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan.


4.5.3   Konsep diri
Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri, karakter fisik, psikologis, sosial, emosional, dan prestasi. Keyakinan seseorang terhadap dirinya sendiri ini menentukan tindakan dan pandangannya terhadap dunia dan orang lain.
4.5.4   Anak
Anak adalah seorang yang dilahirkan dari perkawinan anatar seorang perempuan dengan seorang laki-laki dengan tidak menyangkut bahwa seseorang yang dilahirkan oleh wanita meskipun tidak pernah melakukan pernikahan tetap dikatakan anak
Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia dalam hal ini Undang-Undang Perlindungan Anak No. 23 Tahun 2002 menerangkan  Bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang dalam dirinya melekat harkat dan martabat sebagai manusia seutuhnya.

4.6         Analisis Data
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Setiap Orang tua mengharapkan anaknya patuh dan banyak lagj harapan lain tentang anak yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif. Sementara itu setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang punya kepribadian, anak yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa. Anak yang berakhlak mulia, anak yang berbakti terhadap orangtua, anak yang berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, dan negara serta bagi agamanya.
Keluarga merupakan salah satu lembaga pendidikan yang pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia di lahirkan dan berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan watak, budi pekerti dan kepribadian pada tiap-tiap manusia. Pendidikan yang di terima dalam keluarga inilah yang akan di gunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.
Peranan keluarga sangat penting terutama dalam penanaman nilai-nilai pancasila, nilai- nilai keagamaan dan nilai-nilai kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Anggota keluarga dalam mendidik anak juga harus dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan pendidikan, sehingga perlu adanya pembinaan kepada anggota keluarga. Hal ini dapat di capai melalui pendidikan bermasyarakat, terutama pendidikan bagi orang dewasa dan pendidikan wanita
Tanggung jawab pendidikan yang perlu di sadarkan dan di bina oleh kedua orang tua terhadap anak-anaknya antara lain:
a.              Memelihara dan membesarkannya merupakan tanggung jawab orang tua.
b.             Melindungi dan menjamin kesehatannya baik secara jasmaniah maupun rohaniah.
c.              Mendidiknya dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna bagi hidupnya.
d.             Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat.
Dari beberapa data di atas, dapat kita ambil kesimpulan bahwa keluarga sangatlah berpengaruh dalam pembentukan konsep diri pada anak, terutama pada usia dini (0-6 tahun). Maka dari itu, seorang keluarga haruslah memperlakukan anak-anaknya dengan baik, memberikan kepercayaan kepada anak-anaknya bahwa anaknya bisa melakukan sesuatu yang akan dilakukannya agar anak-anaknya tidak merasa diremehkan, tidak merasa memiliki kemampuan. Berilah pelayanan pendidikan yang nyaman, yang dapat memicu pembentukan konsep diri yang lebih baik, sehingga tidak penyesalan ataupun rasa kecewa terhadap apa yang diharapkan oleh orang tua dengan apa yang terjadi pada anak-anaknya akibat perlakuan dari orang tua sendiri.

DAFTAR PUSTAKA
Aisyah, Siti. 2007. Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Depdikbud, 1976. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka
Friedman, Marilyn M. (1992). Family Nursing. Theory & Practice. 3/E. Debora Ina R.L. (1998) ( alih bahasa ). Jakarta: EGC
Komara, Endang. 2004. Metode Penulisan Karya Ilmiah: Bandung. Multazam
Masitoh dkk. 2005. Strategi Pembelajaran TK. Jakarta.
Patmonodewo, Soemiarti. 2003. Pendidikan Anak Prasekolah. Jakarta: Rineka Cipta.
Sujiono, Yuliani Nurani. 2009. Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Undang,  Gunawan, dkk. 1998. Peningkatan Mutu Proses Belajar Mengajar di
Sekolah
: Bandung Siger tengah.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar