Kamis, 04 April 2013



MAKALAH KETERAMPILAN DASAR PRATIK KEBIDANAN
PERSIAPAN DALAM PEMERIKSAAN RONTGEN
Diajukan guna memenuhi tugas mata kuliah KDPK
Dibimbing oleh : Nyna Puspitaningrum SST


Oleh :
1.      Ni Wayan S.                           
2.      Elsanti                        
3.      Retika  Danari            
4.      Sandy Maretha                       
5.      Endang Sulastri                      
6.      Luluk Masrukah                                 
7.      Metha
8.      Ramadhani Yashinta  





PROGAM DIPLOMA III KEBIDANANAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA
SURABAYA
2012-2013


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL......................................................................................i
DAFTAR ISI………………………………………………………………..ii    
KATA PENGANTAR……………………………………...........................iii    

BAB 1 PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang masalah………………………………………………..1    
B.     Rumusan Masalah……………………………………………………...2    
C.     Tujuan………………………………………………………………….2
BAB II ANALISIS PERMASALAHAN
A.    Penertian Rontgen..................................................................................3
B.     Indikasi.……...........…………………………………….......................3    
C.     Pelaksanaan.…...……………………………………………..……......3    
D.    TekhnikPelaksanaan…….………………………………………….......9   

BAB III  PENUTUP
Kesimpulan…………………………………………………………………10 

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………...iv









KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan karunia – Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Persiapan Untuk Pemeriksaan Rontgen” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas yang diberikan oleh dosen mata kuliah KDPK II Nyna P, SST.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari berbagai sumber yang berkaitan dengan judul makalah ini, tidak lupa penyusun ucapkan terimakasih kepada dosen pengajar mata kuliah KDPK II dan para mahasiswa yang mendukung sehingga dapat diselesaikannya makalah ini.
Kami berharap dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita semua dan dapat menambah wawasan kita mengenai persiapan untuk pemeriksaan rontgen. Makalah ini masih jauh dari sempurna, maka kami mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.


                                                                                                               Surabaya,19 Feb 2013
    

Penulis      

BAB I
Pendahuluan

1.1  Latar Belakang
Untuk menilai seorang pasien, petugas kesehatan tidak hanya melakukan dengan fisiknya, akan tetapi juga memerlukan data dari pemeriksaan lainnya, antara lain pemeriksaan radiologi (foto thoraks/ rontgen). Informasi yang diperoleh dari foto thoraks menjadi penting, karena bidan sebagai petugas kesehatan yang mendampingi pasien juga perlu mengetahui pemeriksaan ini, selain pemeriksaan fisik. Apabila bidan dapat memahami  dan mengerti mengenai thoraks foto, maka bidan dapat mengenali sedini mungkin kelainan yang terjadi pada pasien sehingga keadaan yang lebih lanjut bahkan kematian dapat diatasi dengan cepat.
Sejarah Pemeriksaan Rontgen  :
1.      Teknologi rontgen sudah digunakan lebih dari satu abad yang lalu.
2.      Tepatnya sejak 8 November 1890 ketika fisikawan terkemuka berkebangsaan Jerman, Conrad Rontgen, menemukan sinar yang tidak dikenalinya, yang kemudian diberi label X.
3.      Sinar ini mampu menembus bagian bagian tubuh manusia, sehingga dapat dimanfaatkan untuk memotret bagian – bagian dalam tubuh.
4.      Berkat jasanya bagi dunia kedokteran, banyak nyawa bisa diselamatkan, hingga ia mendapat penghargaan Nobel di tahun 1901.
5.      Pada prinsipnya sinar yang menembus tubuh ini perlu dipindahkan ke format  film agar bisa dilihat hasilnya.
6.      Seiring dengan kemajuan teknologi,kini foto Rontgen juga sudah bisa diproses secara digital tanpa film.
7.      Sementara hasilnya bisa disimpan dalam bentuk CD atau bahkan dikirim ke berbagai belahan dunia menggunakan teknologi e-mail.




1.2  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita simpulkan bahwa rumusan masalahnya adalah:
1.      Apa pengertian dari rontgen?
2.      Bagaimana indikasi untuk melakukan rontgen?
3.      Apa saja persiapan untuk melakukan rontgen?
4.      Bagaimana teknik pelaksanaannya?



1.3  Tujuan Pemeriksaan Foto Thoraks
Berikut ini antara lain tujuan dari pemeriksaan?pengambilan foto thoraks, yaitu:
1.      Untuk menilai adanya perubahan patologi jantung dan paru dalam rongga thoraks (pembesaran jantung, kolaps paru).
2.      Untukmengetahui adanya perubhan dalam rongga pleura (pnumo-thoraks)
3.      Untuk menilai letak alat-alat yang dimasukkan dalam organ-organ rongga thoraks (ETT, CVP, dll).








BAB II

PEMBAHASAN


2.1       Pengertian Rontgen Dan Hal-Hal Yang Berkaitan Dengan Rontgen     :

1.      Rontgen atau dikenal dengan sinar X merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan peran sinar X dalam mendeteksi kelainan pada berbagai organ diantaranya dada, jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tengkorak, rangka.
2.      Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan radiasi radiasi sinar X yang sedikit karena tingginya kualitas film sinar X dan digunakan untuk melakukan skrinning dari berbagai kelainan yang ada pada organ.

2.2       Indikasi Pemeriksaan Foto Thoraks Secara Khusus     :

1)      Sesak napas pada bayi            :
a.       Untuk memastikan ada tidaknya kelainan di thoraksnya (rongga dada)
b.      Dokter membutuhkan foto rontgen agar penanganannya tepat.
2)      Bayi muntah hijau terus menerus        :
a.       Bila dokter mencurigai muntahnya disebabkan sumbatan di saluran cerna, maka pengambilan foto rontgen pun akan dilakukan.
b.      Pertimbangan dokter untuk melakukan tindakan ini tidak semata-mata berdasarkan usia,melainkan lebih pada resiko dan manfaatkannya.
3)      Deteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya. Bagi balita sampai kalangan dewasa, foto rontgen lazimnya dimanfaatkan untuk mendeteksi masalah pada tulang, paru-paru, usus, dan organ dalam lainnya.

2.3       Persiapan Pemeriksaan            :

1.                   Radiografi konvesional tanpa persiapan                      :
a)      Maksudnya, saat anak datang bisa langsung difoto.
b)      Biasanya ini untuk pemeriksaan tulang atau thoraks.
2.                   Radiografi konvesional dengan persiapan       :
a)      Pemeriksaan radiografi konvesional yang memerlukan persiapan diantaranya untuk foto rontgen perut.
b)      Sebelum pelaksanaan, anak diminta untuk puasa beberapa jam atau hanya makan bubur kecap.
c)      Dengan begitu ususnya bersih dan hasil fotonya pun dapat dengan jelas memperlihatkan kelainan yang dideritanya.
3.                   Pemeriksaan dengan kontras                            :
Sebelum dirontgen, kontras dimasukkan ke dalam tubuh dengan cara diminum, atau dimasukkan lewat anus, atau disuntikkan ke pembuluh vena.

Macam –Macam Proyeksi Pemeriksaan Foto Thoraks :
Terdapat 3 macam proyeksi pemeriksaan foto thoraks, yakni:
a.          Proyeksi PA (Postero-Anterior )
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan proyeksi PA (Postero-Anterior),yaitu:
·         Sinar dipancarkan ke arah film melaluipunggung (posterior) pasien.
·         Biasanya, posisi pasien berdiri tegak dengan bagian anterior menempel pada film
·         Tangan bertolak pinggang untuk mengangkat skapula agar tidak menutupi lapangan paru.
·         Sinar dipancarkan pada saat pasien menahan nafas dalam (inspirasi) agar rongga thoraks mengembang maksimal dengan gambaran diafragma yang terdorong ke arah abdomen.
·         Dengan tujuan adalah akan dapat memberikan gambaran paru/jantung seperti aslinya.
·         Pemeriksaan hanya bisa dilakukan di ruang radiologi



b.      Proyeksi AP (Antero-Posterior )
Cara pemeriksaan foto thoraks dengan proyeksi AP (Antero-Posterior), yaitu:
·         Proyeksi AP bisa dilakukan terhadap pasien dengan posisi supine, duduk atau semi fowler.
·         Biasanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat mobilisasi karena penyakit kritis atau pada pasien pasca bedah.
·         Mesin yang digunakan adalah mesin foto ‘portable’
·         Pada proyeksi AP, biasanya menghasilkan foto yang kurang baik dibanding proyeksi PA, karena:
a)      Jantung akan tampak lebih besar terutama apabila fokus terhadappasien lebih dekat.
b)      Disamping itu, biasanya skapula akan menutupi lapangan paru, karena posisi tangan tidak diatur dan diafragma jugaakan lebih tinggi karena pasien tidak nafas dalam.

c.       Proyeksi Lateral
Cara pemeriksaan foto thoraks dengaan proyeksi Lateral, antara lain:
a)      Proyeksi dengan posisi lateral dilakukan tergantung pada indikasi baik lateral kanan atau lateral kiri
b)      Boasanya, dilakukan bilaperlu diperlukan untuk kepastian diagnosa yang tidak diperoleh dengan foto proyeksi lainnya.

Cara Membaca Hasil Foto Thoraks:
Yang perlu diperhatikan dalam membaca hasil sebuah foto thoraks, adalah:
a)      Identitas Pasien
ü  Nama
ü  No. MR (Medical Record)
ü  Tanggal
ü  Jam Pengambilan
b)      Ketajaman Sinar
ü  Apabila terlalu radiopage (terang) atau terlalu radiosulen (gelap), maka foto harus diulang oleh karena akan mengacaukan interpretasi.
ü  Pengambilan foto yang baik adalah pada saat pasien inspirasi, dimana akan terlihat tulang rusuk anterior sampai dengan tulang rusuk 6 dan tulang rusuk posterior sampai dengan tulang rusuk 8.
c)      Posisi/Centering
Posisi yang baik hendaknya harus diperhatikan, dimana sternum tampak tegak lurus dengan tulang klavikula.
d)      Densitas
Pngertian “densitas” adalah derajat tebalnya bayangan hitam pada film atau daya serap terhadap X-ray.Para radiolog menggolongkan densitas menjadi 4 golonga, yaitu:
ü  Densitas Udara (gas density)
·         Densitas udara merupakan densitas yang paling rendah oleh karena udara/gas sedikit menyerap sinar.
·         Contoh: Paru, bronkhi, trakhea, alveoli.
ü  Densitas cairan (water density)
·         Contoh: jantung, otot, aorta, pembuluh darah, darah diafragma.
ü  Densitas Lemak
·         Contoh bercak lemak daerah hilar.
ü  Densitas logam (Densitas yang paling terang)
·         Contoh: Densitas tulang-tulang rusuk, skapula.

e)      Trakhea
ü  Tampak jelas sebagai garis tengah.
ü  Jadi, letaknya harus tepat ditengah-tengah.
ü  Bila terdapat pergeseran/deviasi, bisa karena letak film yang tidak tepat atau memang karenaada kelainan paru-paru
ü  Bila trakhea terdorong ke sisi yang sehat,kemungkinan terjadi pneumo-thoraks, efusi pleura.
ü  Bila trakhea terdorong ke sisi yang sakit, kemungkinan terjadi atelektasis.

f)       Batas-batas normal Jantung
Struktur jantung dapat dibedakan dari tepinya oleh karena terdiri darijaringan dan darah (air) sehingga densitas air yang tampak cukup padat. Batas-batas normal jantung, adalah:
ü  Batas Kanan:
·         Atrium Kanan
·         Vena Kava Superior
ü  Batas Kiri:
1.      Arkus Aorta
2.      Segmen Pulmonal
3.      Ventrikel Kiri
ü  Sementar itu,batas jantung pada proyeksi lateral:
·         Batas Depan
·         Batas belakang (posterior)
·      Arkus aorta akan menjadi batas atas, yang kemudian akan terus menjadi aorta desendens yang akan terlihat di depan tulang belakang.

Ukuran Jantung
1.      Secara keseluruhan, besarnya jantung dapat diukur dengan cara pengukuran CTR (Cardio Thoraxis Ratmo), Yaitu dengan menjumlahkan sisi terlebar jantung kanan (A) dan sisi terlebar jantung kiri (B), dan selanjutnya dibandingkan dengan luas rongga thoraks dikalikan 100%.
2.      Jantung normal besarnya 50%.
3.      Bila lebih dari 50% berarti terdapat pembesaran jantung.
4.      CTR normal: 50%
5.      Rumus besar jantung:  A + B  x 100 %
C

Jaringan Lunak
1.      Bayangan payudara sering menutupi sudut kostrofrenik pada orang gemuk.
2.      Perhatikan adanya emfisema akibat pembedahan.

Diafragma
1.      Ujung atas diafragma tampak nyata karena adnya kontras air udara
2.      Ujung kiri bawah diafragma mungkin akan tmpak karena umumnya  tedapat udara dalam perut
3.      Pada semua tahap respirasi, hemidiafragma kanan umumnya lebihtinggi 1 s/d 2cm dari sebelh kiri.


Penilaian Keadaan Paru-paru
1.      Perhatikan densitas air yang ditimbulkan oleh pembuluh darah pulmonal lebih banyak terletak di daerah bawah daripada di bagian atas.
2.      Secara normal , aliran darahke bagian atas lebih sedikit.
3.       Jika tampak bayangan pembuluh darah yang menonjol di bagian atas, maka ini adanya tanda ‘kegagalan ventrikel kiri’.
4.      Hilus adalah daerah dimana pembuluh bronkhi dan pulmonal utama [ertama masuk ke paru.
5.      Pada foto thoraks, hilus umumnya terdiri dari: tanda vaskuler dan tampak sebagai densitas air pada masing-masing sisi mediastinum.

Tanggung Jawab Bidan Dalam Pemeriksaan Radiologi
Jika seorang pasien akan dilakukan pemeriksaan foto thoraks, maka tanggung jawab  seorang bidan, adalah:
1.      Jelaskan apa yang akan dilakukan pada pasien dan mengapa hal ini dilakukan
2.      Tenangkan pasien dan duduklah bila keadaan pasien memungkinkan
3.      Bidan harus selalu menda,pingi guna membantu fotografer
4.      Perhatikan agar tidak terjadi tegangan pada salah satu kabe, pipa EET,selang infus, dan tidak ada yang terlepas.
5.      Usahakan tidak ada yang mnghalangi lempengan foto agar dapat diambil foto yang jelas.
6.      Pada pasien yang mengalami hipotensi, mungkin lebih baik dibuat fotodalam posisi berbaring.
7.      Hal tersebut diatas sangat penting terutama pada pemeiksaan foto ruangan dengan menggunakan alat yang portable.

Persiapan:
1.      Lepaskan benda-benda yang terbuatdari logam pada daerah yang akan difoto (Misal: Foto Thorax, maka melepaskan kalung, bros, dll).
2.      Bila pemeriksaan rontgen membutuhkan persiapan (urus-urus), pasien datang ke radiologi sudahmelakukan persiapan (untuk: BNO/FPA. FPA/UIV, COLON IN LOOP)
3.      Untuk foto ulang/kontrol harap membawa harapmembawa foto sebelumnya (sebagai perbandingan keberhasilanterapi/pengobatan)
4.      Bila anda wanita dalam usia subur, beritahukan petugas apabila anda hamil.
5.      Untuk keterangan lebih lanjut, silahkan tanyakan kepada petugas

2.4                          Persiapan dan Pelaksanaan Pemeriksaan Rontgen

1.      Lakukan informed consent
2.      Tidak ada pembatasan makanan atau cairan.
3.      Pada dada pelaksanaan foto dengan posisi PA (posterior anterior) dapat dilakukan dengan posisi berdiri dan foto AP (anterior posterior) lateral dapat juga dilakukan,baju harus diturunkan sampai ke pinggang, baju kertas atau baju kain dapat digunakan dan perhiasan dapat dilepas, anjurkan pasien untuk tarik nafas dan menahan nafas pada waktu penambilan foto sinar X.
4.      Pada jantung foto PA  dan lateral kiri dapat diindikasi untuk mengevaluasi ukuran dan bentuk jantung, perhiasan pada leher harus dilepaskan, baju diturunkan hingga ke pinggang.
5.      Pada abdomen pelaksanaan fotoharus dilakukan sebelum pemeriksaan IVP, baju harus dilepaskan dan digunakan baju kain/kertas. Pasien tidur telentang dengan tangan menjauh dari tubuh,testis harus dilindungi.
6.      Pada tengkorak, sebelum pelaksanaan foto, penjepit rambut harus dilepaskan, kaca mata gigi palsu sebelum pemeriksaan.
7.      Pada rangka bila dicurigai terdapat fraktur anjurkan puasa, dan imobilisasi pada daerah fraktur.













BAB III

PENUTUP

3.1              Kesimpulan
Rontgen menggunakan sinar X sering digunakan untuk foto thoraks, orang hamil jarang menggunakan rontgen karena bisa membahayakan janin.


DAFTAR PUSTAKA

Maryunani, Anik. 2011.          Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan. Jakarta: Tans Info Media
Bruner, K. Jensen, 2OO5, Keperawatan Medical Bedah, ECG: jakarta
Baladupak, thio. 2012. Omnipaque dan Iopamiro. http://tiyowisanggenibisnis internet. blogspot.com. 19 February
Dr. Yarnadi. 2013. Pemeriksaan Rontgen Kontras Lambung (Barium Meal). http://familiamedica.net. 19 February
Azhari, Redha. 2012. Indikasi Pemeriksaan Rontgen. http://id.scribd.com/doc/70238986. indikasi-pemeriksaan-rontgen. 19 February







                               


Tidak ada komentar:

Posting Komentar