BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Ultrasonografi
(USG) merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan untuk melihat struktur
jaringan tubuh atau analisis dari gelombang Doppler, yang pemeriksaannya
dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh untuk menghasilkan
suatu ultrasound didalam jaringan.
Ultrasonografi dapat digunakan
untuk endeteksi berbagai kelainan yang ada pada abdomen, otak, kandung kemih,
jantung, ginjal, hepar, uterus atau pelvis. Selain itu USG juga dpaat digunakan
untuk membedakan antara kista dan tumor. Pada kehamilan cairan amnion dapat
menambah refleksi gelombang suara dari plasenta dan fetus sehingga dapat
mengidentifikasi ukuran, bentuk dan posisi, kemudian dapat mendeteksi pankreas,
limpa, tiroid dan lain-lain.
Persiapan dan pelaksanaan
1.
Lakukan
informed consent
2.
Anjurkan untuk
puasa makan dan minum 8-12 jam sebelum pemeriksaan USG aorta abdomen, kandung
empedu, hepar, limpa dan pankreas.
3.
Oleskan jeli
konduktif pada permukaan kulit yang akan dilakukan USG
4.
Transduser
dipegang dengan tangan dan gerakkan ke depan dan ke belakang di atas permukaan
kulit.
5.
Lakukan anatra
10-30 menit
6.
Premedikasi
jarang dilakukan hanya bila pasien dalam keadaan gelisah
7.
Pasien tidak
boleh merokok sebelum pemeriksaan untuk mencegah masuknya udara.
8.
Bila pada
pemeriksaan obstetrik (trimester pertama dan kedua), pelvis dan ginjal pasien
dianjurkan untuk minum 4 gelas air dan tidak boleh berkemih sementara untuk
trimester ketiga, pemeriksaan pada pasien dilakukan pada saat kandung kemih
kosong.
9.
Bila pada otak
lepaskan semua perhiasan dari leher dan jepit rambut dari kepala.
10.
Bila pada
jantung anjurkan untuk bernapas perlahan dan menahan setelah inspirasi dalam.
RUMUSAN MASALAH
Dari latarbelakang sebelumnya, maka dapat dirumuskan
beberapa rumusan masalah sebagai berikut.
1. Apa pengertian dari USG ?
2. Bagaimana indikasi pemeriksaan USG ?
3. Bagaimana persiapan pemeriksaan USG ?
1. Apa pengertian dari USG ?
2. Bagaimana indikasi pemeriksaan USG ?
3. Bagaimana persiapan pemeriksaan USG ?
4. Bagaimana teknik
pemeriksaan USG ?
TUJUAN MASALAH
Adapun tujuan penulisan makalah ini berdasarkan rumusan
masalah di atas adalah sebagai berikut.
1. untuk mengetahui pengertian USG itu apa.
1. untuk mengetahui pengertian USG itu apa.
2. Untuk mengetahui apa saja indikasi permeriksaan USG
3.
Untuk mengetahui bagaimana persiapan dalam pemeriksaan
USG
4. Untuk mengetahui bagaimana tekhnik pemeriksaan USG
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Pengertian USG
• Alat yang bekerja dengan prinsip pantulan gelombang suara
yang tidak dapat didengar oleh manusia (ultrasound) dan yang dipengaruhi sifat
organ atau jaringan tubuh manusia.
• USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang digunakan
untuk melihat struktur jaringan tubuh atau analisis dari gelombang. Doppler,
yang pemeriksaannya dilakukan diatas permukaan kulit atau diatas rongga tubuh
untuk menghasilkan suatu ultrasound didalam jaringan.
• Komputer berfungsi menterjemahkan pantulan gelombang
suara tersebut kedalam bentuk visual yang mudah diinterpresentasikan oleh
dokter. Selain itu juga dapat mengukur gambar yang dibuat sendiri.
• USG merupakan prosedur yang menggunakan gelombang suara
frekuensi tinggi untuk memidahi perut dan rongga rahim, menghasilkan suatu
citra (sonogram) dari janin dan plasenta.
• Jadi dalam hal ini tidak seperti X-Ray (sinar rontgen)
yang berbahaya bagi bayi, USG menggunakan gelombang suara yang dipantulkan
untuk membentuk gambaran bayi dilayar komputer yang aman untuk bayi dan ibu.
B. Indikasi pemeriksaan USG
Indikasi merupakan
salah satu prasyarat penting yang harus dipenuhi sebelum pemeriksaan USG
dilakukan. Pemeriksaan USG janganlah dilakukan secara rutin atau setiap
melakukan pemeriksaan pasien, terutama bila pasien hamil. Banyak panduan yang
telah diterbitkan, misalnya dari AIUM (American Institute of Ultrasound in
Medicine). Untuk mempermudah memilah indikasi pemeriksaan, penulis menyarankan
pembagian indikasi tersebut atas indikasi obstetri, ginekologi onkologi,
endokrinologi reproduksi, dan indikasi non obstetri ginekologi.
Dalam bidang obstetri, indikasi yang
dianut adalah melakukan pemeriksaan USG begitu diketahui hamil, penapisan USG
pada trimester pertama (kehamilan 10 – 14 minggu), penapisan USG pada kehamilan
trimester kedua (18 – 20 minggu), dan pemeriksaan tambahan yang diperlukan
untuk memantau tumbuh kembang janin. Dalam bidang ginekologi onkologi
pemeriksaannya diindikasikan bila ditemukan kelainan secara fisik atau
dicurigai ada kelainan tetapi pada pemeriksaan fisik tidak jelas adanya
kelainan tersebut.
Dalam bidang endokrinologi reproduksi
pemeriksaan USG diperlukan untuk mencari kausa gangguan hormon, pemantauan
folikel dan terapi infertilitas, dan pemeriksaan pada pasien dengan gangguan
haid. Sedangkan indikasi non obstetrik bila kelainan yang dicurigai berasal
dari disiplin ilmu lain, misalnya dari bagian pediatri, rujukan pasien dengan
kecurigaan metastasis dari organ ginekologi dll. Berikut ini diberikan contoh
indikasi yang dikeluarkan oleh NIH 1.
National Institute of Health (NIH),
USA (1983 – 1984) menentukan indikasi untuk dilakukannya pemeriksaan USG
sebagai berikut :
Menentukan usia gestasi secara lebih
tepat pada kasus yang akan menjalani seksio sesarea berencana, induksi persalinan
atau pengakhiran kehamilan secara elektif.
Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui.
Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi.
Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir.
Teraba masa pada daerah pelvik.
Kecurigaan adanya mola hidatidosa.
Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).
Suspek kehamilan ektopik.
Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia.
Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS).
Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Pemantauan perkembangan folikel.
Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.
Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll.
Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm.
Kadar serum alfa feto protein abnormal.
Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan.
Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.
Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.
Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun) yang hamil.
Evaluasi pertumbuhan janin, pada pasien yang telah diketahui menderita insufisiensi uteroplasenter, misalnya preeklampsia berat, hipertensi kronik, penyakit ginjal kronik, atau diabetes mellitus berat; atau menderita gangguan nutrisi sehingga dicurigai terjadi pertumbuhan janin terhambat, atau makrosomia.
Perdarahan per vaginam pada kehamilan yang penyebabnya belum diketahui.
Menentukan bagian terendah janin bila pada saat persalinan bagian terendahnya sulit ditentukan atau letak janin masih berubah-ubah pada trimester ketiga akhir.
Kecurigaan adanya kehamilan ganda berdasarkan ditemukannya dua DJJ yang berbeda frekuensinya atau tinggi fundus uteri tidak sesuai dengan usia gestasi, dan atau ada riwayat pemakaian obat-obat pemicu ovulasi.
Membantu tindakan amniosentesis atau biopsi villi koriales.
Perbedaan bermakna antara besar uterus dengan usia gestasi berdasarkan tanggal hari pertama haid terakhir.
Teraba masa pada daerah pelvik.
Kecurigaan adanya mola hidatidosa.
Evaluasi tindakan pengikatan serviks uteri (cervical cerclage).
Suspek kehamilan ektopik.
Pengamatan lanjut letak plasenta pada kasus plasenta praevia.
Alat bantu dalam tindakan khusus, misalnya fetoskopi, transfusi intra uterin, tindakan “shunting”, fertilisasi in vivo, transfer embrio, dan “chorionic villi sampling” (CVS).
Kecurigaan adanya kematian mudigah / janin.
Kecurigaan adanya abnormalitas uterus.
Lokalisasi alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR).
Pemantauan perkembangan folikel.
Penilaian profil biofisik janin pada kehamilan diatas 28 minggu.
Observasi pada tindakan intra partum, misalnya versi atau ekstraksi pada janin kedua gemelli, plasenta manual, dll.
Kecurigaan adanya hidramnion atau oligohidramnion.
Kecurigaan terjadinya solusio plasentae.
Alat bantu dalam tindakan versi luar pada presentasi bokong.
Menentukan taksiran berat janin dan atau presentasi janin pada kasus ketuban pecah preterm dan atau persalinan preterm.
Kadar serum alfa feto protein abnormal.
Pengamatan lanjut pada kasus yang dicurigai menderita cacat bawaan.
Riwayat cacat bawaan pada kehamilan sebelumnya.
Pengamatan serial pertumbuhan janin pada kehamilan ganda.
Pemeriksaan janin pada wanita usia lanjut (di atas 35 tahun) yang hamil.
Indikasi dalam pemeriksaan USG ada 5 macam, diantaranya:
1. Indikasi Obstetri
misalnya untuk
mengetahui keadaan janin, plasenta, ketuban,kelainan congenital, dll.
2. Indikasi Ginekologi
misalnya
kecurigaan terhadap adanya tumor seperti miomauteri, kistoma ovarii, dll3.
3. Indikasi Onkologi
4. Indikasi Endokrinologi dan reproduksi
misalnya untuk
melihat keadaan genitaliainterna pada pasien-pasien infertile5.
5. Indikasi Uroginekologi
misalnya untuk memeriksa fistula
C. Persiapan pemeriksaan USG
1. Persiapan Pemeriksaan
Cuci tangan sebelum dan
setelah kontak langsung dengan pasien, setelah kontak dengan darah atau cairan
tubuh lainnya, dan setelah melepas sarung tangan, telah terbukti dapat mencegah
penyebaran infeksi. Epidemi HIV telah menjadikan pencegahan infeksi kembali
menjadi perhatian utama, termasuk dalam kegiatan pemeriksaan USG dimana infeksi
silang dapat saja terjadi. Kemungkinan penularan infeksi lebih besar pada waktu
pemeriiksaan USG transvaginal karena terjadi kontak dengan cairan tubuh dan
mukosa vagina.
Resiko penularan dibagi dalam tiga
tingkatan, yaitu tinggi, sedang, dan ringan. Resiko penularan tinggi terjadi
pada pemeriksaan USG intervensi (misalnya punksi menembus kulit, membran mukosa
atau jaringan lainnya); peralatan yang dipakai memerlukan sterilisasi (misalnya
dengan autoklaf atau etilen oksida) dan dipergunakan sekali pakai dibuang.
Resiko penularan sedang terjadi pada
pemeriksaan USG yang mengadakan kontak dengan mukosa yang intak, misalnya USG
transvaginal; peralatan yang dipakai minimal memerlukan sterilisasi tingkat
tinggi (lebih baik bila dilakukan sterilisasi).
Resiko penularan ringan terjadi pada
pemeriksaan kontak langsung dengan kulit intak, misalnya USG transabdominal;
peralatan yang dipakai cukup dibersihkan dengan alkohol 70% (sudah dapat
membunuh bakteri vegetatif, virus mengandung lemak, fungisidal, dan
tuberkulosidal) atau dicuci dengan sabun dan air.
Panduan di bawah ini dapat membantu
mencegah penyebaran infeksi 1,2 :
(1) Semua jeli yang terdapat pada
transduser harus selalu dibersihkan, bisa memakai kain halus atau kertas tissue
halus.
(2) Semua peralatan yang
terkontaminasi atau mengandung kotoran harus dibersihkan dengan sabun dan air.
Perhatikan petunjuk pabrik tentang tatacara membersihkan peralatan USG.
(3) Transduser kemudian dibersihkan
dengan alkohol 70% atau direndam selama dua menit dalam larutan yang mengandung
sodium hypochlorite (kadar 500 ppm10 dan diganti setiap hari), kemudian dicuci
dengan air mengalir dan selanjutnya dikeringkan.
(4) Transduser harus diberi pelapis
sebelum dipakai untuk pemeriksaan USG transvaginal, bisa memakai sarung tangan
karet, atau kondom.
(5) Pemeriksa harus memakai sarung
tangan sekali pakai (tidak steril) pada tangan yang akan membuka labia sebelum
transduser vagina dimasukkan. Perhatikan jangan sampai sarung tangan tersebut
mengotori peralatan USG dan tempat pemeriksaan.
(6) Setelah melakukan pemeriksaan,
sarung tangan harus dimasukkan pada tempat khusus untuk mencegah penyebaran
infeksi, dan pemeriksa mencuci tangan.
(7) Pada pemeriksaan USG invasif,
persiapan yang dilakukan sama seperti akan melakukan tindakan operasi, misalnya
peralatan yang dipakai harus steril, operator mencuci tangan dengan larutan
mengandung khlorheksidine 3%, memakai sarung tangan dan masker, serta memakai
kacamata. Kulit dibersihkan dengan memakai etil alkohol 70%, isopropil alkohol
60%, khlorheksidin alkohol, atau povidone iodine. Transduser dibersihkan dan
dilakukan desinfeksi, kemudian dibungkus dengan plastik khusus yang steril.
Membran mukosa vagina dibersihkan dengan larutan yang mengandung khlorheksidin
0,015% ditambah larutan cetrimide 0,15%.
2. Persiapan Alat
Perawatan peralatan yang baik akan
membuat hasil pemeriksaan juga tetap baik. Hidupkan peralatan USG sesuai dengan
tatacara yang dianjurkan oleh pabrik pembuat peralatan tersebut. Panduan
pengoperasian peralatan USG sebaiknya diletakkan di dekat mesin USG, hal ini
sangat penting untuk mencegah kerusakan alat akibat ketidaktahuan operator USG.
Perhatikan tegangan listrik pada
kamar USG, karena tegangan yang terlalu naik-turun akan membuat peralatan
elektronik mudah rusak. Bila perlu pasang stabilisator tegangan listrik dan
UPS.
Setiap kali selesai melakukan
pemeriksaan USG, bersihkan semua peralatan dengan hati-hati, terutama pada
transduser (penjejak) yang mudah rusak. Bersihkan transduser dengan memakai
kain yang lembut dan cuci dengan larutan anti kuman yang tidak merusak
transduser (informasi ini dapat diperoleh dari setiap pabrik pembuat mesin
USG).
Selanjutnya taruh kembali transduser
pada tempatnya, rapikan dan bersihkan kabel-kabelnya, jangan sampai terinjak
atau terjepit. Setelah semua rapih, tutuplah mesin USG dengan plastik
penutupnya. Hal ini penting untuk mencegah mesin USG dari siraman air atau zat
kimia lainnya.
Agar alat ini tidak mudah rusak,
tentukan seseorang sebagai penanggung jawab pemeliharaan alat tersebut.
c. Persiapan Pasien
Sebelum pasien menjalani pemeriksaan
USG, ia sudah harus memperoleh informasi yang cukup mengenai pemeriksaan USG
yang akan dijalaninya. Informasi penting yang harus diketahui pasien adalah
harapan dari hasil pemeriksaan, cara pemeriksaan (termasuk posisi pasien) dan
berapa biaya pemeriksaan.
Caranya dapat dengan memberikan
brosur atau leaflet atau bisa juga melalui penjelasan secara langsung oleh
dokter sonografer atau sonologist. Sebelum melakukan pemeriksaan USG, pastikan
bahwa pasien benar-benar telah mengerti dan memberikan persetujuan untuk
dilakukan pemeriksaan USG atas dirinya.
Bila akan melakukan pemeriksaan USG
transvaginal, tanyakan kembali apakah ia seorang nona atau nyonya ?, jelaskan
dan perlihatkan tentang pemakaian kondom yang baru pada setiap pemeriksaan
(kondom penting untuk mencegah penularan infeksi).
Pada pemeriksaan USG transrektal,
kondom yang dipasang sebanyak dua buah, hal ini penting untuk mencegah
penyebaran infeksi.
Terangkan secara benar dan penuh
pengertian bahwa USG bukanlah suatu alat yang dapat melihat seluruh tubuh janin
atau organ kandungan, hal ini untuk menghindarkan kesalahan harapan dari
pasien. Sering terjadi bahwa pasien mengeluh “Kok sudah dikomputer masih juga
tidak dikatahui adanya cacat bawaan janin atau ada kista indung telur ?” USG
hanyalah salah satu dari alat bantu diagnostik didalam bidang kedokteran.
Mungkin saja masih diperlukan pemeriksaan lainnya agar diagnosis kelainan dapat
diketahui lebih tepat dan cepat.
d. Persiapan Pemeriksa
Pemeriksa diharapkan memeriksa dengan
teliti surat pengajuan pemeriksaan USG, apa indikasinya dan apakah perlu
didahulukan karena bersifat darurat gawat, misalnya pasien dengan kecurigaan
kehamilan ektopik. Tanyakan apakah ia seorang nyonya atau nona, terutama bila
akan melakukan pemeriksaan USG transvaginal.
Selanjutnya cocokkan identitas
pasien, keluhan klinis dan pemeriksaan fisik yang ada; kemudian berikan
penjelasan dan ajukan persetujuan lisan terhadap tindak medik yang akan
dilakukan.
Persetujuan tindak medik yang
kebanyakan berlaku di Indonesia saat ini hanyalah bersifat persetujuan lisan,
kecuali untuk tindakan yang bersifat invasif misalnya kordosintesis atau
amniosintesis.
Dimasa mendatang tampaknya pemeriksaan
USG memerlukan persetujuan tertulis dari pasien. Salah satu tujuan utamanya
adalah untuk mencegah penularan penyakit berbahaya seperti HIV/AIDS dan
penyakit menular seksual akibat semakin banyaknya seks bebas dan pemakaian
NARKOBA.
Pemeriksa diharapkan juga agar selalu
meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya dengan cara membaca kembali buku
teks atau literatur-literatur mengenai USG, mengikuti pelatihan secara berkala
dan mengikuti seminar-seminar atau pertemuan ilmiah lainnya mengenai kemajuan
USG mutakhir. Kemampuan diagnostik seorang sonologist sangat ditentukan oleh
pengetahuan, pengalaman dan latihan yang dilakukannya.
D. Teknik Pemeriksaan USG
Pemeriksaan USG obstetri dan ginekologi dapat dilakukan melalui cara :
1.
Transabdominal
2.
Transvaginal
3.
Transperineal / translabial
4.
Transrektal / pemeriksaan USG invasive
1.
Pemeriksaan USG Transabdominal
Setelah pasien tidur
terlentang, perut bagian bawah ditampakkan dengan batas bawah setinggi tepi
atas rambut pubis, batas atas setinggi sternum, dan batas liberal sampai tepi
abdomen.
Letakkan kertas tissue
besar pada perut bagian bawah dan bagian atas untuk melindungi pakaian wanita
tersebut dari jelly yang kita pakai. Taruh jelly secukupnya pada kulit perut kemudian lakukan pemeriksaan secara
sistematis.
(gambar 4.8)
Pertama-tama gerakkan transduser secara longitudinal ke atas dank e bawah,
selanjutnya horizontal ke kiri dan ke kanan. Penjejak di gerakkan dari bawah ke
atas, di mulai dari garis tengah perut (panah nomor 1), kemudian setelah sampai
daerah perut atas transduser di geser ke sisi kanan kemudian di gerakkan ke
bawah (panah nomor 2), selanjutnya transduser di geser ke sisi kiri abdomen dan
di gerakkan kembali ke arah atas (panah nomor 3).
Selanjutnya gerakan transduser dilakukan kearah lateral kanan secara
horizontal dan sistematis (panah no 4), kemudian dari kanan ke arah kiri (panah
no 5) dan terakhir dari kiri bawah kearah kanan (panah no 6).
Secara garis besar, ada 4 gerakan dasar transduser pada pemeriksaan USG
transabdominal, yaitu bergeser (sliding), berputar (rotating), membentuk sudut
(angling) dan ditekan (dipping).
2.
Pemeriksaan USG transvaginal
Pemeriksaan USG transvaginal berbeda dengan transabdominal, perlu
penyesuaian mesin dan operator, terutama pengenalan organ genetalia interna dan
kehamilan trimester pertama, serta terbatasnya ruang untuk melakukan gerak
transduser. Kenali aspek teknik dari transduser , cara-cara melakukan
pemeriksaan dan factor keamanan pemeriksaan. USG transvagina memberikan
informasi yang lebih akurat dan rinci dari organ atau jaringan di rongga pelvis
dibandingkan pemeriksa dalam dan USG trans abdominal.
Pada saat pemeriksaan perhatikan tombol pemindah jenis transduser, apa
sudah menunjukkan bahwa transduser yang dipakai adalah vaginal, petunjuk arah
kiri dan kana sudah benar, serta apakan
pasien sudah mengosongkan kandung kencingnya. Posisi pasien lithotomi dan pada
bagian pantat ditaruh bantal agar mudah untuk memasukkan dan memanipulasi
posisi transduser. Pasien sebaiknya ditempatkan pada meja ginekologi agar
pemeriksaan lebih baik dan pasien lebih nyaman.
(gambar meja ginekologi)
Taruh sedikit jelly pada permukaan transduser. Pasangkan kondom baru pada
transduser, kemudian beri jelly secukupnya pada permukaan kondom dan
selanjutnya masukkan transduser kedalam vagina secara perlahan. Jangan
melakukan penekanan tiba-tiba dan keras karena dapat membuat pasien kesakitan.
Pemeriksaan USG ini lebih sulit dibandingkan trans abdominal, sehingga
pendekatan yang dipakai adalah orientasi terhadap letak dan posisi normal organ
genetalia. Gerakan dasar transduser vaginal adalah maju mundur, berputar dan
bergeser ke kiri atau ke kanan.
Orientasi pemeriksaan pada layar monitor perlu diketahui standarisasinya.
Pada potongan longitudinal, bagian depan sisi perut akan tampak pada sisi kiri
layar monitor sedangkan bagian punggung posterior akan tampak pada sisi kanan.
Bila potongan transversal sisi kiri pasien akan tampak pada sisi kiri layar
mionitor dan sebaliknya.
Bawa transduser sedekat mungkin dengan organ yang akan diperiksa. Pilih
frekuensi yang sesuai, atur focus dan perhatikan apa yang dirasakan pasien saat
pemeriksaan berlangsung. Bila gambar
tidak jelas, lakukan pemeriksaan bimanual dimana tangan kiri berada di dinding
abdomen pasien, kemudian menekan kearah bawah secara perlahan-lahan. Bila masih
tidak jelas mungkin perlu pemeriksaan lebih lanjut, misalnya sonohisterigrafi,
USG trans abdominalis, CT-scan.
Setelah pemeriksaan selesai, lepaskan kondom secara hati-hati dengan
memakai sarung tangan atau kertas tissue, kemudian lakukan dekontaminasi kondom
tersebut dengan larutan klorin 0,5 %.
(gambar uterus antefleksi)
Posisi utrus antefleksi, pengukuran longitudinal dilakukan dua tahap.
Perhatikan letak fundus uteri yang mendekati vesika urinaria. Pada gambar
diperlihatkan posisi uterus retrofleksi, dengan bagian fundus menjauhi vesika
urinaria.
(gambar uterus retrofleksi)
Lakukan pengukuran uterus dalam tiga bidang, yaitu longitudinal,
transfersal dan anteroposterior. Dalam bidang longitudinal diukur panjang
longitudinal uterus dari ostium uteri eksternum hingga fundus uteri melalui
pertengahan uterus. Bila bentuk uterus terlalu melengkung maka pengujkuran
panjang longitudinal dilakukan dalam dua tahap dan hasilnya dijumlahkan.
Dalam bidang longitudinal juga diukur panjang anteroposterior pada bagian
terbesar korpus uteri tegak lurus dengan garis longitudinal. Sedangkan pada
bidang transversal diukur diameter transversal uterus dari sisi lateral ke sisi
lateral bagian luar setinggi korpus uteri. Bila panjang longitudinal uterus
lebih dari 10cm maka ukurannya di luar focus pencitraan dan sebaiknya di ukur
melalui USG transabdominalis.
Selanjutnya lakukan evaluasi keadaan endometrium. Dalam keadaan normal,
gambaran ekhogenitas dan ketebalan endometrium sesuai fase haid. Tandanya
adanya ovulasi adalah kolapsnya dinding folikel dan ada sedikit cairan bebas di
kavum douglas. Sedangkan pada masa sekresi, endometrium tampak hiperekoik
karena banyak mengandung glikogen, dan adanya korpus luteum.
- Pemeriksaan
USG Transperineal atau Translabial
Pemeriksaan ini hanya
dilakukan pada keadaan seorang wanita yang tidak mungkin dilakukan pemeriksaan
transvaginal / transrektal. Dianjurkan kandung kencing cukup terisi untuk
memudahkan pemeriksaan dan sebagai petunjuk anatomis. Penjejak dilapisi kondom
dan diberi jelly, kemudian di letakkan di daerah perineum, penjejak di gerakkan
ke atas dank e bawah untuk mencari gambaran organ genetalia.
- Pemeriksaan
USG Transrektal
Pemeriksaan USG transrektal hamper sama dengan pemeriksaan USG
transvaginal. Perbedaannya terletak pada bentuk dan ukuran diameter transduser
dan posisi pemeriksaan yang kurang lazim bagi wanita Indonesia. Setelah pasien
dalam posisi lithotomi, transduser yang telah di bungkus dua lapis kondom dan
di bubuhi jelly di masukkan perlahan-lahan ke dalam rectum.
Lakukan identifikasi uterus sebagai petunjuk organ genetalia interna,
setelah itu identifikasi vesika urinaria kemudian evaluasi seluruh organ
genetalia interna dan rongga pelvik. Pergerakkan transduser per rectal sangat
terbatas dan sering menimbulkan rasa
tidak nyaman. Jelaskan sebelum melakukan USG transrektal. Setelah selesai
lepaskan kondom kemudian lakukan dekontaminasi kondom.
- Pemeriksaan
USG Invasif
USG dapat di pakai
untuk menegakkan diagnosa dan atau untuk tindakan terapeutik, misalnya biopsi
villi koriales, amniosintesis, kordosintesis, ovum pick-up, atau transfuse
intra uterin. Setelah memberikan
persetujuan tertuis dokter melakukan pemeriksaan USG untuk menilai kondisi
genetalia interna. Teknik yang di pakai bisa secara free-hand atau di pandu USG
melalui marker pungsi yang ada pada transduser.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu,
keluarga dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan
aktual maupun potensial. Hasil suatu pemeriksaan laboratorium sangat penting
dalam membantu diagnosa, memantau perjalanan penyakit serta menentukan
prognosa. Karena itu perlu
diketahui faktor yang mempengaruhi hasil pemeriksaan laboratorium.
SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca khususnya perawat dapat
menerapkan pengkajian diagnostik ini dalama asuhan keperawatan dan dapat
mencari referensi lain untuk menambah pengetahuan pembaca mengenai pengkajian
diagnostic
Daftar Pustaka
Endjun, Judi Januadi. (2007). Ultrasonografi Dasar Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Maryunani, anik. (2011). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Kebidanan.
Jakarta :Trans Info Media
http://latiefpersie.blogspot.com/2012/05/makalah-kebidanan-usg.html
http://joesrhan.blogspot.com/2012/02/makalah-pemerisaan-diagnostik.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar