A. PENDAHULUAN
Kardiotokografi (KTG)
Sonicaid System 8002 adalah suatu kardiotokograf yang
terkomputerisasi dimana sebagian besar interpretasi hasil rekaman penilaian
kesejahteraan janin dilakukan oleh komputer yang terdapat di dalamnya. Cara
pembacaan hasil rekaman KTG ini ada perbedaan dengan KTG yang konvensional.
Pada KTG Sonicaid System 8002, dokter pemeriksa akan memperoleh sejumlah hasil
interpretasi komputer terhadap semua data rekaman aktivitas / kondisi janin dan
ibu serta anjuran yang diperlukan. Keputusan akhir tetap ada pada tangan
dokter yang bersangkutan setelah juga menilai keadaan klinis dan memberikan
penjelasan pada pasien/keluarganya (informed consent). Pemeriksaan ini
ditujukan untuk menilai kesejahteraan janin dan dapat dimulai sejak kehamilan ≥
28 minggu (setelah fungsi sistem saraf otonom berfungsi sempurna).
B. INDIKASI
1. IBU
1. pre eklamsia-eklamsia
2. ketuban pecah dini
3. Diabetes melitus
4. kehamilan >= 40
minggu
5. vitium cordis
6. astma bronkhiale
7. Inkompatibilitas Rhesus
atau ABO
8. Infeksi TORCH
9. Bekas SC
10. dll
2. JANIN
a. Pertumbuhan janin terhambat (PJT)
b. Gerakan janin berkurang
c. Suspek lilitan tali pusat
d. Aritmia, bradikardi, atau takikardi janin
e. Hidrops fetalis
f. dll
C. SYARAT
1. Usia kehamilan ≥ 28 minggu.
2. Ada persetujuan tindak medik dari pasien (secara
lisan).
3. Punktum maksimum denyut jantung janin (DJJ)
diketahui.
4. Prosedur pemasangan alat dan pengisian data pada
komputer sesuai buku petunjuk dari pabrik.
5. Kriteria Dawes / Redman harus dipenuhi, yaitu
:
a. Harus ada episode variasi tinggi (high variation),
minimal satu kali; yang merupakan tanda normal . Nilai variasi tinggi ini harus
di atas satu persentil untuk usia gestasi yang bersangkutan.
b. Tidak boleh ada deselerasi > 20 detik
(lost beats).
c. Frekuensi dasar denyut jantung janin (basal heart
rate) normal adalah 116-160 denyut per menit (dpm) selama rekaman ≥ 30
menit. Pada KTG yang konvensional dianut nilai 120-160 dpm.
d. Paling sedikit harus ada 1 kali gerak janin atau 3
gambaran akselerasi DJJ.
e. Tidak boleh ada gambaran ritme sinusoidal pada
rekaman DJJ. f. “The short term variation (STV)” harus ≥ 3 ms
g. Harus ada akselerasi, atau variabilitas pada
episoda tinggi harus > 10 persentil dan gerak janin
> 20 kali.
h. Tidak boleh ada “error” atau deselerasi pada akhir
rekaman KTG.
Bila kriteria ini sudah terpenuhi, maka pada layar
monitor akan tampak tulisan “CRITERIA MET”
6. PERSIAPAN PASIEN
a. Persetujuan tindak medik (Informed Consent) :
menjelaskan indikasi, cara pemeriksaan dan kemungkinan hasil yang akan didapat.
Persetujuan tindak medik ini dilakukan oleh dokter penanggung jawab pasien
(cukup persetujuan lisan).
b. Kosongkan kandung kencing.
c. Periksa kesadaran dan tanda vital ibu.
d. Ibu tidur terlentang, bila ada tanda-tanda
insufisiensi utero-plasenter atau gawat janin, ibu tidur miring ke kiri dan
diberi oksigen 4 liter / menit.
e. Lakukan pemeriksaan Leopold untuk menentukan letak,
presentasi dan punktum maksimum DJJ. Bila inpartu, lakukan periksa dalam.
f. Hitung DJJ selama satu menit penuh (dengarkan
apakah ada deselerasi atau takikardi).
g. Pasang transduser untuk tokometri di daerah fundus
uteri dan DJJ di daerah punktum maksimum. h. Setelah transduser terpasang baik,
rubah posisi ibu menjadi setengah duduk dan beri tahu ibu bila janin terasa
bergerak, tekan bel yang telah disediakan serta hitung berapa gerakan bayi yang
dirasakan oleh ibu selama perekaman KTG.
i. Hidupkan komputer dan Kardiotokograf.
j. Lama perekaman adalah 30 menit (tergantung keadaan
janin dan hasil yang ingin dicapai).
k. Lakukan pencetakkan hasil rekaman KTG.
l. Lakukan dokumentasi data pada disket komputer (data
untuk rumah sakit).
m. Matikan komputer dan mesin kardiotokograf.
Bersihkan dan rapikan kembali alat pada tempatnya.
n. Beri tahu pada pasien bahwa pemeriksaan telah
selesai.
o. Berikan hasil rekaman KTG kepada dokter penanggung
jawab atau paramedik membantu membacakan hasi interpretasi komputer secara
lengkap kepada dokter. PARAMEDIK (BIDAN) DILARANG MEMBERIKAN INTERPRETASI
HASIL CTG KEPADA PASIEN
D. KONTRA-INDIKASI
Sampai saat ini belum ditemukan kontra-indikasi
pemeriksaan KTG terhadap ibu maupun janin. Pemeriksaan KTG dengan pembebanan
(Contraction stress test ) tidak boleh dilakukan pada bekas operasi SC,
gemelli, ketuban pecah dini dll.
E. ANALISA
Setelah perekaman data selama 10 menit, dan kemudian
setiap dua menit berikutnya, komputer akan melakukan analisa terhadap data yang
masuk, dan kemudian menampilkannya pada layar monitor. Bila rekaman abnormal,
akan tampak kalimat “STOP”, sebaliknya bila normal akan tampak kalimat
“CONTINUE”.
Seteleh kriteria Dawes/Redman terpenuhi, komputer akan
memberi tanda berupa bunyi alarm sebanyak dua kali. Lama pemeriksaan maksimal
adalah 60 menit, umumnya 30 menit sudah memadai. Pada kasus khusus dapat dilakukan
perangsangan vibroakustik sebelum rekaman KTG dimulai dan lama pemeriksaan
cukup 10 – 20 menit. Adanya episoda variasi tinggi menunjukkan janin
dalam keadaan normal dan merupakan petunjuk penting. Pada kehamilan 28-33
minggu, sebanyak 16,2% janin normal memiliki < 2 akselerasi per jam, dan
pada kehamilan 34-41 minggu sebanyak 7,3%; tetapi hanya 0,7% janin normal
memiliki episode variasi tinggi selama kurang dari 10 menit pada
kehamilan ≥ 28 minggu. Oleh karena itu episode variasi tinggi merupakan indikator
yang lebih baik terhadap kesejahteraan janin, dibanding dengan adanya
akselerasi. Variasi tinggi terjadi pada saat janin dalam keadaan aktif,
sedangkan variasi rendah terjadi pada saat janin tidur.
a. Frekuensi Denyut Jantung Basal.
Frekuensi denyut jantung basal adalah nilai rata-rata
dari seluruh periode variasi rendah DJJ. Frekuensi DJJ basal tinggi (160-170
dpm) bukanlah keadaan yang membahayakan janin selama short term
variability (STV) normal dan tidak ada deselerasi lambat. Frekuensi DJJ basal
> 170 dpm menunjukkan kemungkinan adanya infeksi pada janin.
Bila frekuensi basal DJJ < 105 dpm harus segera
dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk mencari penyebabnya dan melakukan
tindakan yang tepat. Sangat jarang dijumpai pada janin normal usia 38-42
minggu terdapat frekuensi basal DJJ 110-115 dpm. Nilai batas normal
DJJ adalah 115 dpm, bila nilai tersebut dicapai, maka alarm akan berbunyi. Pada
hasil cetakan (print out) akan tertulis : “WARNING low basal FHR. Check that
FHR does not continue to fall. Fetal movements present ? Sinusoidal rhythm ?”.
b. Akselerasi
Akselerasi adalah peningkatan frekuensi DJJ sebanyak
10 dpm diatas nilai dasar rata-rata (base-line) DJJ selama 15 detik
ATAU peningkatan 15 dpm di atas baseline selama ≥ 15 detik.
1. Akibat kontraksi uterus-> tdk ada makna prognostic (akselerasi uniform).
2. Akibat gerakan janin (akselarasi variable).
c. Deselerasi
Deselerasi adalah penurunan DJJ di bawah frekuensi
dasar normal DJJ. Bila terdapat penurunan maksimal 10 dpm selama lebih dari 1
menit atau penurunan lebih dari 20 dpm selama lebih dari 30 detik disebut
deselerasi. Deselerasi lebih dari 20 dpm akan tampak sebagai garis merah pada
layar monitor. Setiap deselerasi harus segera dicari penyebabnya dan dilakukan
penanganan segera.
·
Deselarisasi Dini
Kriteria :
- Mulai pada awal kontraksi dan berhenti bersamaan dengan hilang nya
kontraksi.
-
Berlangsung singkat (tidak lebih 90 detik).
- Penurunan amplitude > 20 dpm.
Penyebab:
- Kontraksi uterus dan penekanan kepala (sering terjadi pada persalinan
normal)
·
Deselarisasi Lambat
Kriteria :
- Mulai agak lambat (20-30 dtk) setelah kontraksi, pulih juga lambat
(20-30dtk) setelah kontraksi.
-
Berlangsung singkat(<90 dtk)
-
Umbul berulang pada tiap kontraksi.
- Frekuensi dasar biasanya normal,pada hipoksia berat bisa bradikardi.
Penyebab :
- Insufisiensi uteroplasenter
·
Deselerasi Variable
Kriteria:
- Deselerasi yang berfariasi, baik saat timbulnya, lamanya amplitudodan
bentuknya.
-
Mulai diketahui sejak dini atau lambat dan berakhir
beberapa saat setelah kontraksi.
-
Biasanya diikuti penurunan frekuensi dasar sampai
60bpm.
-
Biasanya ada akselerasi pra deselarisasi atau
akselerasi pasca deselerasi.
- Bila memenuhi rule of sixty (deselerasi sampai 60 bpm atau lebih dibawah
frekuensi dasar dan lamanya>60 detik)->deselerasi variable berat.
Penyebab :
- Kompresi tali pusat (lilitan tali pusat, tali pusat menumbung,
oligohidramnion.
·
Deselasi Gabungan
Ø Pola Sinusoidal
Variasi DJJ yang rata dan yang rata dan mengalami
undulasi yang teratur dengan amplitude antara 5-10/mnt dan berubah secara
periodic selama 10-15dtk.
Jika pola ini bersamaan/bergantian dengan DJJ yang
datar tanpa variabilitas-> menandakan janin menghadapi kematian.
Ø Pola Plasenta Akut
Terjadi deselerasi lambat dulu,tetapi jika tidak
diatasi->veriabilitas menghilang.
Ø Insuvisieansi Plasenta Kronis
Variabilitas akan hilang lebih dulu,jika sudah ada
deselerasi lambat->janin harus segera dilahirkan.
Jika deselerasi variable disertai variabilitas normal,
berarti janin masih baik.
d. Variasi Tinggi dan Variasi Rendah. (High and Low
Variation)
Ambang batas variasi tinggi adalah 32 milidetik
dan variasi rendah adalah 30 milidetik. Episode variasi tinggi dan
variasi rendah akan tampak sebagai gambaran garis penuh berwarna hitam
pada bagian atas rekaman KTG. Variasi tinggi akan tampak di atas garis
batas, dan variasi rendah akan tampak di bawah garis batas. Variasi ini secara
otomatis akan dikoreksi oleh komputer sesuai dengan usia gestasi.
e. “Short Term Variation” (STV)
Evaluasi STV merupakan parameter terpenting dan
paling baik menggambarkan kesejahteraan janin. Rekaman ini dilakukan dari menit
ke menit dengan interval 1/16 menit . Pada penilaian STV dimana tidak ada
gambaran variasi tinggi DJJ berkorelasi kuat dengan terjadinya asidosis metabolik
dan kematian janin intra uterin sbb :
f. Gerak Janin
Selama perekaman KTG, pasien diminta menekan bel yang
disediakan setiap ibu merasakan gerakan janinnya. Bila jumlah gerakan
janin kurang, akan tampak tulisan “CHECK” pada layar monitor. Pada hasil
rekaman KTG akan tertulis jumlah rata-rata gerakan janin per jam .
g. Puncak Kontraksi (Contraction Peaks).
Kontraksi akan terekam apabila tekanan intra uterin
meningkat melebihi 16% dari nilai dasar (baseline ) dan lamanya ≥ 30 detik.
Jumlah kontraksi akan tertulis pada hasil rekaman KTG.
h. Rekaman Tokometri
Bila dalam 10 menit tidak ada perubahan tekanan intra
uterin (tokometri) makan komputer akan memberikan tanda alarm dan tampak
tulisan “CHECK TOCO”; lakukan pemeriksaan segera apakah pemasangan tokokometernya
sudah tepat atau belum (terlalu longgar atau bergeser).
i. “Signal Loss”
Selama perekaman KTG, komputer akan selalu memeriksa
jumlah data yang hilang (signal loss). Persentasi kehilangan data pada
perekaman 5 menit terakhir akan tampak pada kanan bawah layar monitor.
Bila kehilangannya terlalu tinggi, akan terdengar alarm dari komputer dan
tampak tulisan “CHECK TRANSDUCER” pada layar monitor. Lakukan perbaikan letak
transduser seperlunya dan bila perlu pembatalan rekaman, tekan “C”. Signal loss
< 10 % masih dapat di terima untuk pembacaan hasil rekaman KTG. Bila signal
loss terlalu banyak rekaman harus diulangi.
Bila signal loss yang terjadi pada keadaan
deselerasi lebih dari 20 dpm < 25%, akan timbul tanda bintang (*). Bila
signal loss antara 25-50% akan keluar tanda (?) menunjukkan keragu-raguan
(dubious nature). Bila signal loss > 50% maka data tersebut tidak akan
dihitung sebagai deselerasi atau akselerasi). Bila signal loss > 80%,
maka program akan berhenti dan harus dilakukan pemeriksaan baru dari awal
lagi (new start).
j. Eror
Bila rekaman DJJ terlalu tinggi atau rendah dibanding
frekuensi dasar, mungkin akan memberikan data yang salah (eror), mungkin
yang terekam adalah nadi ibu. Pada layar monitor akan tampak tulisan “CHECK
TRANSDUCER” dan tulisan “ERROR” pada hasil rekaman KTG. Lakukan pemeriksaan
letak transduser untuk memperbaiki rekaman KTG tersebut.
k. Tanda Bintang (Asteriks)
Tanda bintang (*) akan selalu tampak pada sisi kanan
parameter yang diukur. Tanda (*) tersebut menunjukkan adanya abnormalitas pada
parameter yang dinilai. Pada kelainan yang lebih berat akan tampak dua buah
tanda (**). SETIAP ADA TANDA BINTANG, SEGERA LAPOR PADA DOKTER PENANGGUNG JAWAB
PASIEN TERSEBUT DAN CARI SERTA ATASI PENYEBABNYA.
Keadaan-keadaan yang dapat menyebabkan terdapatnya dua
buah tanda bintang (**) :
1. DJJ ≤ 115 dpm atau > 160 dpm
selama kurang dari 30 menit.
2. Deselerasi > 100 dpm atau deselerasi selama <
30 menit.
3. Tidak ada gerakan janin dan akselerasi < 3.
4. Tidak ada variasi tinggi (high variation).
5. STV < 3 milidetik.
6. Tidak ada akselerasi dan terdapat gerak janin <
21 gerak/jam atau long term variation (LTV) pada garis tinggi (HI) dibawah 10
persentil.
7. LTV pada garis tinggi (HI) dibawah 1 persentil.
Keadaan-keadaan yang menyebabkan terdapatnya satu buah
tanda bintang (*) :
1. STV < 4 milidetik tetapi ≥ 3 milidetik.
2. DJJ abnormal (diluar angka 116-160 dpm), tetapi
lama rekaman ≥ 30 menit.
3. Terdapat deselerasi, tetapi lamanya tidak memenuhi
kriteria perekaman data.
F. DOKUMENTASI
Setiap rekaman KTG harus dibuat dokumentasi, bisa
dalam bentuk hasil cetakan printer atau direkam dalam disket komputer.
Sebaiknya kedua hal tersebut dilakukan bagi setiap pasien. Data dalam disket
disimpan oleh rumah sakit, sedangkan hasil cetakan diberikan kepada pasien. Di
Inggris, rekaman KTG disimpan selama 25 tahun, hal ini berkaitan dengan aspek
medico legal. Sudah saatnya kita memperhatikan hal ini, terutama dalam hal
melakukan interpretasi yang benar dan tindakan lanjutannya.
Cara-cara Pemantauan DJJ
1. NST
Melihat hubungan
antara DJJ dengan gerak janin.
Pemeriksaan
dilakukan selama 30 menit.
Reaktif, bila:
à
DJJ basal antara
12-160x/mnt
à
Variabilitas
DJJ>10/mnt
à
Gerak janin multiple
> 5 gerak dlm 20 menit
à
Terdapat akselerasi
>10-15 menit
Non
reaktif, bila:
à
DJJ basal antara
120-160x/mnt
à
Variabilitas menurun
/ menghilang
à
Gerak janin multiple
<5 gerak dalam 20mnt
à
Tidak ada akselerasi
Interpretasi:
à
NST reaktif:90% janin
baik->ulangi NST 1mmg
à
NST nonreaktif: 40%
janin akan asfiksia-> CST
2. CST/OCT
Melihat hubungan
antara DJJdengan kontraksi uterus, yaitu dengan menilai DJJ dan gerakan janin
setelah merangsang uterussehingga berkontraksi minimal 3 kali dalam 10 menit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar