cairan dan elektrolit yang lazim digunakan dalam praktek kebidanan
Cairan dan elektrolit sangat penting untuk mempertahankan
keseimbangan atau homeostasis tubuh. Gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit dapat mempengaruhi fungsi fisiologis tubuh. Sebab, cairan tubuh kita
terdiri atas air yang mengandung partikel-partikel bahan organic dan anorganik
yang vital untuk hidup. Elektrolit tubuh mengandung komponen-komponen kimiawi.
Elektrolit tubuh ada yang bermuatan positif (kation) dan bermuatan negative
(anion). Elektrolit sangat penting pada banyak fungsi tubuh, termasuk fungsi
neuromuscular dan keseimbangan asam-basa. Pada fungsi neuromuscular, elektrolit
memegang peranan penting terkait dengan transmisi impuls saraf.
Ketika terjadi kehilangan darah, kebutuhan utama
yang perlu segera dipenuhi adalah menghentikan perdarahan. Kebutuhan kedua
adalah mengganti volume darah yang hilang. Dengan cara ini, sel-sel darah yang
tersisa akan tetap mampu mengoksigenasi jaringan tubuh. Darah manusia norma
memiliki kapabilitas transpor oksigen yang berlebih secara signifikan, hanya
digunakan pada kasus-kasus dengan kerusakan fisik yang hebat. Volume darah yang
ada ini dipertahankan oleh volume ekspander, pasien masih dapat
menoleransi kadar Hb yang sangat rendah hingga kadar Hb1/3 orang sehat.
Infus cairan intravena (intravenous fluids
infusion) adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh, melalui
sebuah jarum, ke dalam pembuluh vena (pembuluh balik) untuk menggantikan
kehilangan cairan atau zat-zat makanan dari tubuh.
Secara umum, keadaan-keadaan yang
dapat memerlukan pemberian cairan infus adalah:
1.
Perdarahan
dalam jumlah banyak (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
2.
Trauma
abdomen (perut) berat (kehilangan cairan tubuh dan komponen darah)
3.
Fraktur
(patah tulang), khususnya di pelvis (panggul) dan femur (paha) (kehilangan
cairan tubuh dan komponen darah)
4.
“Serangan
panas” (heat stroke) (kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi)
5.
Diare
dan demam (mengakibatkan dehidrasi)
6.
Luka
bakar luas (kehilangan banyak cairan tubuh)
7.
Semua
trauma kepala, dada, dan tulang punggung (kehilangan cairan tubuh dan komponen
darah
Jenis Cairan Infus:
1. Cairan hipotonik:
osmolaritasnya lebih rendah
dibandingkan serum (konsentrasi ion Na+ lebih rendah dibandingkan serum),
sehingga larut dalam serum, dan menurunkan osmolaritas serum. Maka cairan
“ditarik” dari dalam pembuluh darah keluar ke jaringan sekitarnya (prinsip
cairan berpindah dari osmolaritas rendah ke osmolaritas tinggi), sampai
akhirnya mengisi sel-sel yang dituju. Digunakan pada keadaan sel “mengalami”
dehidrasi, misalnya pada pasien cuci darah (dialisis) dalam terapi diuretik,
juga pada pasien hiperglikemia (kadar gula darah tinggi) dengan ketoasidosis
diabetik. Komplikasi yang membahayakan adalah perpindahan tiba-tiba cairan dari
dalam pembuluh darah ke sel, menyebabkan kolaps kardiovaskular dan peningkatan
tekanan intrakranial (dalam otak) pada beberapa orang. Contohnya adalah NaCl
45% dan Dekstrosa 2,5%.
2.
Cairan
Isotonik:
osmolaritas (tingkat kepekatan)
cairannya mendekati serum (bagian cair dari komponen darah), sehingga terus
berada di dalam pembuluh darah. Bermanfaat pada pasien yang mengalami
hipovolemi (kekurangan cairan tubuh, sehingga tekanan darah terus menurun).
Memiliki risiko terjadinya overload (kelebihan cairan), khususnya pada penyakit
gagal jantung kongestif dan hipertensi. Contohnya adalah cairan Ringer-Laktat
(RL), dan normal saline/larutan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
3.
Cairan
hipertonik:
osmolaritasnya lebih tinggi
dibandingkan serum, sehingga “menarik” cairan dan elektrolit dari jaringan dan
sel ke dalam pembuluh darah. Mampu menstabilkan tekanan darah, meningkatkan
produksi urin, dan mengurangi edema (bengkak). Penggunaannya kontradiktif
dengan cairan hipotonik. Misalnya Dextrose 5%, NaCl 45% hipertonik, Dextrose
5%+Ringer-Lactate, Dextrose 5%+NaCl 0,9%, produk darah (darah), dan albumin.
Pembagian cairan lain adalah
berdasarkan kelompoknya:
1. Kristaloid:
bersifat isotonik, maka efektif
dalam mengisi sejumlah volume cairan (volume expanders) ke dalam pembuluh darah
dalam waktu yang singkat, dan berguna pada pasien yang memerlukan cairan
segera. Misalnya Ringer-Laktat dan garam fisiologis.
2.
Koloid:
ukuran molekulnya (biasanya protein)
cukup besar sehingga tidak akan keluar dari membran kapiler, dan tetap berada
dalam pembuluh darah, maka sifatnya hipertonik, dan dapat menarik cairan dari
luar pembuluh darah. Contohnya adalah albumin dan steroid.
JENIS-JENIS CAIRAN YANG LAZIM
DIGUNAKAN DALAM PRAKTEK KEBIDANAN
1.
Oralit
Indikasi : mencegah dan mengobati
dehidrasi pada waktu muntaber, diare, kolera
Nama dagang : pedialyte, Renalylte
2.
Infusan
Otsu-NS
Indikasi:
1. Untuk resusitasi
2. Kehilangan Na > Cl, misal diare
3. Sindrom yang berkaitan dengan
kehilangan natrium (asidosis diabetikum,
Insufisiensi adrenokortikal, luka bakar)
3.
Otsu-RL
Indikasi:
1. Resusitasi
2. Suplai ion bikarbonat
3. Asidosis metabolik
4. Otsu-D5
Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Indikasi
: sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi
selama dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai
sedang (kadar kreatinin kurang dari 25 mg/100ml).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar