Selasa, 27 Agustus 2013

menghitung HPHT : hari pertama haid terakhir

RUMUS DASAR

Hari   :  + 7
Bulan : + 9 atau -3
Tahun : tetap atau +1

1. Contoh : HPHT nya 20 Mei 2012
maka tafsiran persalinan adalah :
Hari    : 20 + 7 = 27
Bulan  : 5 - 3 = 2
Tahun : 2012 +1 = 2013
jadi perkiraan nya 27 Februari 2013


2. Contoh : HPHT nya 28 Januari 2013
maka tafsiran persalinan adalah
Hari    : 28 + 7 = 35
Bulan  : 1 + 9 = 10
Tahun : tetap 2013

karena bulan oktober hanya sampai tanggal 31 jadi 4 hari sisa nya masuk pada bulan berikut
jadi perkiraan partus nya 4 November 2013

konsep dasar asuhan kehamilan

TUJUAN UTAMA ASUHAN ANTENATAL :
1.       Memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu dan bayinya.
2.       Mendeteksi komplikasi yang dapat mengancam jiwa.
3.       Mempersiapkan kelahiran.
4.       Memberikan pendidikan (HE = Help Education)
5.       Agar proses alamiah berjalan normal selama hamil.

TUGAS ASUHAN KEBIDANAN ASKEB I



Nama   : Cindy Ulziana Puspita
NIM    : 12-700-0054

1.   1.    Pengertian 10 T dalam Pelayanan Standart Kebidanan.
Dalam melaksanakan pelayanan Antenatal Care, ada sepuluh standar pelayanan yang harus dilakukan oleh bidan atau tenaga kesehatan yang dikenal dengan 10 T. Pelayanan atau asuhan standar minimal 10 T adalah sebagai berikut (Depkes RI, 2009) :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2. Pemeriksaan tekanan darah
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas)
4. Pemeriksaan puncak rahim (tinggi fundus uteri)
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT) bila diperlukan.
7. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan
8. Test laboratorium (rutin dan khusus)
9. Tatalaksana kasus
10. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB paska persalinan
2.2.       Berapa kali pemberian imunisasi TT secara lengkap?
No
TT
Interval
Lama perlindungan
1
I
Suntikan pertama
4 minggu
2
II
4 minggu setelah suntikan  pertama
bulan
3
III
6 bulan setelah suntikan kedua
tahun
4
IV
tahun dari suntikan ke -3
5 tanun
5
V
tahun dari suntikan ke -4
25 tahun


3.  3. Ruang lingkup praktik kebidanan menurut permenkes 2009 tahun 2002
Kepmenkes No. 900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan
Merupakan revisi dari Permenkes No. 572/VI/1996. Dengan adanyaKepmenkes 900, Permenkes 572 dinyatakan sudah tidak berlaku.



Terdiri atas11 Bab 47 Pasal, yaitu:
1.      Bab I Ketentuan Umum (pasal 1)
2.      Bab II Pelaporan dan Registrasi (pasal 2-7)
3.      Bab III Masa Bakti (pasal 8)
4.      Bab IV Perizinan (pasal 9-13)
5.      Bab V Praktik Bidan (pasal 14-26)
6.      Bab VI Pencatatan dan Pelaporan (pasal 27)
7.      Bab VII Pejabat yang Berwenang Mengeluarkan dan Mencabut IzinPraktik (pasal 28-30)
8.      Bab VIII Pembinaan dan Pengawasan (pasal 31-41)
9.      Bab IX Sanksi (pasal 42-44)
10.  Bab X Ketentuan Peralihan (pasal 45)
11.  Bab XI Ketentuan Penutup (pasal 46-47)

Dalam melaksanakan tugasnya, bidan melakukan kolaborasi, konsultasi, dan merujuk sesuai dengan kondisi pasien, kewenangan dan memampuanya. Dalam keadaan darurat bidan juga diberi wewenang pelayanan kebidanan yang ditujukan untuk penyelamatan jiwa. Dalam aturan tersebut juga ditegaskan bahwa bidan dalam menjalankan praktik harus sesuai dengan kewenangan, kemampuan, pendidikan, pengalaman serta berdasarkan standart profesi.Pencapaian kemampuang bidan sesuai dengan KepMenKes no 900/2002 tidaklah mudah, karena kewenangan yang diberikan oleh Departemen Kesehatan ini mengandung tuntutan akan kemampuan bidan sebagai tenaga professional dan mandiri. Selain mampu memberikan pertolongan kebidanan normal, bidan dituntut untuk kompeten dalam memberikan pertolongan kebidanan dengan penyulit. Pertolongan kebidanan dengan penyulit yang dimaksud di sini adalah pertolongan awal dan pertolongan menyeluruh ketika tidak ada tenaga kesehatan lain yang lebih berwenang / kompeten.

4.   4.    Apa yang di maksud dengan WCC?
Women centered care adalah istilah yang digunakan untuk filosofi asuhan maternitas yang member prioritas pada keinginan dan kebutuhan pengguna, dan menekan pentingnya informed choice, kontinuitas perawatan, keterlibatan pengguna, efektivitas klinis, respon dan aksesibititas. Women centered care untuk kehamilan harus cukup fleksibel untuk mengatasi berbagai pengalaman perempuan di seluruh dunia, meliputi berbagai kondisi medis, bahaya dan struktur keluarga. Hal ini juga harus mencakup perempuan yang memilih untuk tidak menginginkan kehamilan atau mengalami keguguran.


LAPORAN KEGIATAN KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK

LAPORAN
KEGIATAN KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK
DI RUMAH SAKIT PURA RAHARJA SURABAYA
Periode 10 Juni – 6 Juli 2013
Disusun oleh :
1.       Fitri Ferananda                     (12-700-0050)
2.       Djan Sri Lestari                    (12-700-0051)
3.       Yashinta Meo           (12-700-0052)
4.       Anggarningrum M.P (12-700-0053)
5.       Cindy Ulziana P                  (12-700-0054)
6.       Ni Wayan S.S                       (12-500-0055)

PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN
UNIVERSITAS PGRI ADI BUANA SURABAYA
TAHUN AJARAN 2012/2013

LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN KEGIATAN KETRAMPILAN DASAR PRAKTEK KLINIK DI RUMAH SAKIT PURA RAHARJA SURABAYA
Tanggal 10 JUNI- 06 JULI 2013 telah disetujui
Surabaya,       Juli 2013
Mengetahui :

                   Kepala                                                                    Kepala
        Ruangan Rawat Jalan                                            Ruangan Rawat Inap


   Lailatul Chabriah,  S.Kep., Ns.                             Nurdja Sumantri,  S.Kep., Ns.

Kepala
Ruangan Bersalin dan Bayi


C. Rawita, SST.



         Pembimbing Akademik I                               Pembimbing Akademik II
     Prodi D-III Kebidanan UNIPA                    Prodi D-III Kebidanan UNIPA
                   Surabaya                                                             Surabaya



    Yefi Marliandiani, SST., M.Kes.                               Katrina L. B., SKM.



      Direktur                                                                 Direktur          
Prodi D-III Kebidanan UNIPA                                 Rumah Sakit Pura Raharja
     Surabaya                                                                Surabaya



   Sumiati, S.Kep., Ns., M.Kes.                                        dr. M.Ainul Yaqin




KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmatnya pada kami sehingga kami dapat menyelesaikan laporan kegiatan ketrampilan dasar praktik klinik di Rumah Sakit Pura Raharja Surabaya.
Adapun dalam pembuatan laporan ini merupakan pemantapan mata kuliah KPDK yang materinya telah disampaikan pada semester awal. Dalam penyusunan laporan ini banyak yang membantu dan memberi dukungan. Untuk itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada yang terhormat :
1.      Bapak I Jayabrata, CEO Rumah Sakit Pura Raharja
2.      Bapak dr. M.Ainul Yaqin, Direktur Rumah Sakit Pura Raharja
3.      Ibu Sumiati S.Kep., Ns., M.Kes, Direktur Prodi Kebidanan UNIPA Surabaya
4.      Kepala ruangan di rawat jalan, rawat inap dan ruang bersalin dan bayi
5.      Pembimbing di ruangan rawat jalan, rawat inap, ruang bersalin dan ruang bayi
6.      Ibu Yefi Marliandiani, SST., M.Kes., pembimbing di kampus
7.      Ibu Katrina L. B. SKM, pembimbing di kampus
8.      Orang tua yang selalu memberi dukungan dalam pembuatan makalah.
Untuk kesempuranaan laporan ini, kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga laporan kegiatan ketrampilan dasar praktek klinik ini dapat bermanfaat bagi penyusun ataupun pembaca sebagai bahan pertimbangan guna memecahkan berbagai masalah yang terjadi.
Surabaya,  5 Juli 2013
        Hormat kami,


Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
LEMBAR PENGESAHAN................................................................................... ii
KATA PENGANTAR.......................................................................................... iv
DAFTAR ISI.......................................................................................................... v
BAB 1     PENDAHULUAN
1.1.      Latar Belakang....................................................................................... 1
1.2.      Tujuan Umum......................................................................................... 1
1.3        Tujuan Khusus....................................................................................... 1
1.4    Target Pencapaian Kompetensi........................................................        2
1.5    Metode Penulisan.............................................................................        2

BAB 2     GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PURA RAHARJA
2.1        Status Rumah Sakit..........................................................................        3           
     2.1.1 Visi  dan Misi Rumah Sakit....................................................        3 
     2.1.2 Motto Rumah Sakit................................................................        3
     2.1.3 Profil Rumah Sakit….................................................................... 4
     2.1.4 Denah Rumah Sakit................................................................ ...... 5
2.2        Jenis-jenis Pelayanan................................................................................
2.2.1   Perawatan Rawat Jalan……………………………………        9
2.2.2   Perawatan Rawat Inap…………………………………….     13
2.2.3   Perawatan Bersalin dan Bayi ……………………………..      15
2.2.4   Laboratorium………………………………………………     16
2.2.5   Instalasi Farmasi…………………………………………..      16
2.3    Sumber Daya Manusia.......................................................................... 16
2.4    Sarana dan Prasarana.......................................................................      18

BAB 3     KEGIATAN MAHASISWA DI INSTITUSI RAWAT JALAN
3.1        Periode Praktik..................................................................................... 19
3.2        Jenis Penyakit yang ada di Instalasi Rawat Jalan............................
3.2.1     Jenis Penyakit yang ada di Ruang IGD……………………    19
3.2.2     Jenis Penyakit yang ada di Poli Spesialis Kandungan…….      20
3.2.3     Jenis Penyakit yang ada di Poli Spesialis Anak……………     20
3.2.4     Jenis Penyakit yang ada di Poli Spesialis Penyakit Dalam..      20
3.2.5     Pelayanan yang terdapat di Poli Anak dan BKIA………...     20
3.3  Tindakan Keperawatan yang dilaksanakan Mahasiswa
3.3.1     Perawatan……………………………………………………..      20
3.3.2     Perawatan Langsung………………………………………….      21
3.3.3     Perawatan Dasar yang berhubungan dengan Program
            Pengobatan................................................................................      21
3.3.4     Perawatan Dasar yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
Fisik di Laboratorium...............................................................      21
3.4      Pembahasan Contoh Kasus di Instalasi Rawat Jalan.......................
           3.4.1 Penyakit yang sering ditemukan di Ruang IGD.....................      21
           3.4.2 Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis  
                    Kandungan..............................................................................      27
           3.4.3 Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Anak.........      32
           3.4.4 Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Penyakit
                    Dalam......................................................................................      37
          
BAB 4     KEGIATAN MAHASISWA DI RUANGAN RAWAT INAP
4.1       Periode Praktik............................................................................................ 41
4.2       Jenis Penyakit yang ada di ruangan Rawat Inap........................................ 41
4.3       Tindakan Keperawatan yang dilaksanakan Mahasiswa..........................     
4.3.1 Perawatan.......................................................................................      41
4.3.2 Perawatan Langsung......................................................................      42
4.3.3 Perawatan Dasar yang berhubungan dengan Program
         Pengobatan.....................................................................................      42
4.3.4 Perawatan Dasar yang Berhubungan dengan Pemeriksaan
         Fisik di Laboratorium.....................................................................      43
4.4       Pembahasan Contoh Kasus di Ruang Rawat Inap...................................... 43

BAB 5 KEGIATAN MAHASISWA DI RUANGAN BERSALIN DAN RUANGAN BAYI
5.1  Periode Praktik................................................................................................ 46
5.2  Jenis Penyakit yang ada di ruangan Bersalin dan Ruang Bayi....................... 46
5.3  Tindakan Keperawatan yang dilaksanakan Mahasiswa......................................
5.3.1   Perawatan........................................................................................      46
5.3.2   Perawatan Langsung.......................................................................      47
5.3.3   Perawatan dasar yang berhubungan dengan Program
         Pengobatan.......................................................................................      47
5.3.4  Perawatan dasar yang berhubungan dengan pemeriksaan
         Fisik di Laboratorium.......................................................................     47
5.4  Pembahasan Contoh Kasus di Ruang Bersalin dan Ruang Bayi.................... 48

BAB 6 PENUTUP
6.1  Kesimpulan..................................................................................................... 57
6.2  Saran                                                                                                            57

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................      58
LAMPIRAN..




 BAB 1
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Penyelenggaraan pendidikan diploma III kebidanan bertujuan menghasilkan ahli madya yang professional. Untuk mendapatkan tenaga bidan yang professional selain harus mendapatkan teori di kelas, praktik laboratorium di kampus juga harus melaksanakan praktik klinik di tatanan nyata. Pembelajaran praktik klinik bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk menerapkan ilmu yang diperoleh di kelas ataupun di laboratorium untuk lebih di terapkan secara nyata di lahan praktik. Selain itu membuka kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi pada perananya sebagai calon bidan professional dalam melaksanakan praktik pada tatanan nyata pelayanan kebidanan.

1.2     Tujuan umum
Setelah mahasiswa melaksanakan kegiatan praktik klinik di rumah sakit selama 1 bulan, mahasiswa di harapkan mampu mempraktikan ketrampilan dasar praktik klinik dengan baik.

1.3     Tujuan khusus
1.3.1 Melaksanakan perawatan khusus dasar tidak langsung
1.3.2 Melaksanakan perawatan dasar langsung
 1.3.3 Melaksanakan perawatan yang berhubungan dengan pemenuhan  kebutuhan fisik
1.3.4 Melaksanakan persiapan dan pelaksanaan diagnostic
1.3.5 Melakukan pencegahan infeksi
1.3.6     Melaksanakan asuhan pada klien yang menghadapi sakarotul  maut

1.4 Target Pencapaian Kompetensi
Target pecapaian kompetensi KPDK Semester II ini meliputi 20 perasat. Dan masing-masing perasat memiliki target yang berbeda. Tugas masing-masing Mahasiswa yaitu mencapai semaksimal mungkin  target yang di minta, meskipun ada beberapa perasat yang tidak tercapai.

1.5 Metode penelitian
Metode penulisan dalam penyusunan laporan ini adalah melalui interview, reading dan observasi, selain itu juga mendiskripsikan segala macam kegiatan sehari-hari selama melakukan praktik langsung KDPK di Rumah Sakit Pura Raharja selama 1 bulan yang terbagi atas 3 ruangan yaitu, ruang rawat jalan, ruang rawat inap, ruang bersalin dan ruang bayi.



BAB 2
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT PURA RAHARJA

2.1       Status Rumah Sakit Pura Raharja
2.1.1    Visi dan Misi Rumah Sakit Pura Raharja
            1. Visi
Menjadi pusat Kesehatan Ibu dan Anak yang dikelola secara professional dengan sentuhan kemanusiaan.
            2. Misi
a. Ikut membantu program pemerintah dalam menurunkan angka kematian ibu saat melahirkan dan bayi saat dilahirkan.
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang prima kepada ibu dan anak sesuai dengan standart profesi melalui dukungan sumber daya manusia yang professional di bidangnya.
c. Mengutamakan kepentingan untuk pelayanan kesehatan pasien.
d. Senantiasa berusaha untuk mewujudkan kepuasan pasien.

2.1.2    Motto Rumah Sakit Pura Raharja
            “Kami Melayani Lebih Baik dan Lebih Baik Lagi.”


 2.1.3    Profil Berdirinya Rumah Sakit Pura Raharja  
Berikut ini adalah profil dari Rumah Sakit Pura Raharja yang berdiri pada tahun 1974. Rumah sakit ini adalah milik KORPRI Provinsi Jawa Timur yang berada di jalan Pucang Adi 12-14 Surabaya.
Sejalan dengan kemajuan jaman dan teknologi, kesadaran masyarakat akan arti pentingnya kesehatan juga meningkat. Pelayanan Kesehatan yang dimaksud adalah pencegahan, perawatan dan pengobatan, sehingga dalam era ini keinginan masyarakat dalam kesehatan tidak hanya meliputi pengobatan tetapi juga pencegahan.
Pelayanan Rawat Jalan, Rawat Inap dan Bedah termasuk didalamnya Medical check-up saat ini sudah cukup memasyarakat dan sudah biasa dilakukan secara rutin. Manfaatnya selain sebagai usaha preventif bagi individu untuk pemeliharaan kesehatan juga mempengaruhi kenyamanan dan kesehatan kerja.
Untuk memaksimalkan peluang-peluang tersebut dan juga untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, maka Rumah Sakit Pura Raharja mengajukan penawaran kerjasama pelayanan kesehatan berupa Perlindungan Rawat Jalan Kesehatan.
Rumah Sakit Pura Raharja saat ini sedang dalam tahap pembangunan tahap 3  dari 5 tahap pembangunan sesuai master plan rumah sakit. Pembangunan ini adalah untuk menuju rumah sakit yang berstandar Nasional dengan standar keselamatan pasien sesuai dengan Joint Commission International.
Rumah Sakit Pura Raharja memperoleh kenaikan status dari Rumah Sakit Bersalin (RSB) menjadi RSIA sejak tanggal 3 Februari 2012. Rumah Sakit Pura Raharja hadir untuk melayani masyarakat dan memberikan solusi pelayanan kesehatan yang menyeluruh, efektif dan efisien serta manusiawi.

2.1.4    Denah Rumah Sakit Pura Raharja
            Rumah Sakit Pura Raharja terdiri dari 5 lantai.
1.      Lantai 1


2.      Lantai 2







2.Lantai 2
























3.      Lantai 3




















4.      Lantai 4   





















5.      Lantai 5











2.2       Jenis-jenis Pelayanan Kesehatan
Beberapa pelayanan yang dapat diberikan oleh Rumah Sakit Pura Raharja, yaitu:
            2.2.1    Perawatan Rawat Jalan
Instalasi rawat jalan mencakup pelayanan IGD, pelayanan poli  spesialis, dan poli BKIA
1.      Pelayanan IGD
Instalasi Gawat Darurat (IGD) adalah bagian dan rawat jalan yang merupakan bagian layanan terdepan rumah sakit karena kegiatannya berlangsung selama 24 jam. Kunjungan ke IGD pada setiap rumah sakit cenderung terus meningkat. Serta memiliki tim kerja dengan kemampuan khusus serta peralatan yang memberikan pelayanan pasien gawat darurat dan merupakan rangkaian dari upaya penanggulangan pasien gawat darurat yang terorganisasi.
Saat pasien tiba di IGD, pasien menjalani pemilahan terlebih dahulu, anamnesis untuk membantu menentukan sifat dan tingkat keparahan penyakit yang dialami pasien. Setelah penafsiran dan penanganan awal, pasien akan mendapatkan perawatan selanjutnya. Jika pasien membutuhkan perawatan yang intensif, pasien akan dipindahkan ke ruang perawatan (ruang rawat inap) atau pasien dapat dirujuk ke rumah sakit lain. Apabila terdapat pasien yang akan melahirkan dapat langsung dirujuk ke ruang bersalin (VK). Apabila pasien tidak membutuhkan perawatan intensif dapat dilakukan rawat jalan saja.
a.      Jenis pelayanan emergency yang paling sering dilakukan
Ada beberapa pelayanan emergency yang paling sering dilakukan di IGD, yaitu tindakan penyelamatan jiwa pada pasien henti napas dan jantung, penanganan pasien sesak napas, penanganan pasien tidak sadarkan diri, penanganan pasien kecelakaan, penanganan pasien dengan pedarahan, penanganan pasien kejang dan kejang demam pada anak, penanganan pasien dengan luka-luka, penanganan pasien dengan sakit perut hebat dan penanganan pasien yang akan melahirkan.

b.      Fasilitas Gawat Darurat yang tersedia
1)   Peralatan resusitasi.
2)   Monitor tekanan darah.
3)   Defibrilator.
4)   Deteksi detak jantung janin


c.       Pemeriksaan
Pada saat masuk IGD, perawat akan mengantar pasien ketempat pemeriksaan dan menanyakan keluhan atau gejala yang mengganggu pasien. Selain itu, perawat akan melakukan pemeriksaan nadi, tekanan darah, suhu tubuh dan lain-lain.
Petugas Administrasi akan menanyakan data identitas pasien dan kartu assuransi (bila ada) kepada keluarga yang mendampingi pasien. Dan pertugas administrasi melalui komputer akan mencari nomor rekam medik pasien tersebut dan langsung menghubungi petugas yang berada di ruangan rekam medis untuk mencari rekam medik pasien yang bersangkutan jika pasien pernah memeriksakan diri ke rumah sakit itu sebelumnya. Tetapi, jika pasien tersebut baru petugas administrasi akan membuatkan rekam medis yang baru untuk pasien tersebut dan memberikannya kepada dokter IGD atau perawat yang menangani pasien pada saat itu.

d.      Penanganan
Penanganan emergency akan segera dilakukan dokter jaga IGD, sedangkan penanganan definitif setelah diagnosis ditegakkan. Bila pasien memerlukan perawatan lanjutan, maka akan ditempatkan pada ruangan perawatan umum atau ruangan intensif tergantung keadaan pasien.
Pasien atau keluarga akan diminta persetujuan perawatan untuk segera tindakan penyelamatan, kamar perawatan dan dokter yang akan merawat. Pasien yang tidak memerlukan perawatan lanjutan akan dipulangkan setelah mendapat pengobatan.


2.      Pelayanan Spesialistik

a.       Spesialis Kandungan
Poli spesialis kandungan melayani periksa hamil,  vaksin,USG, dan pemeriksaan lain yang berhubungan dengan masalah kewanitaan. Poli spesialis kandungan buka dari hari senin sampai dengan hari sabtu dengan beberapa dokter spesialis kandungan. Apabila dalam pemeriksaan kehamilan terdapat gangguan, maka dokter dapat segera melakukan tindakan seperti dilaksanakannya operasi sectio caesaria setelah mendapat persetujuan dari keluarganya kemudian segera d rujuk ke ruang bersalin.

b.      Spesialis Anak
Poli spesialis anak buka di hari tertentu dengan beberapa dokter spesialis anak. Poli spesialis anak melayani pemeriksaan kondisi anak dan imunisasi. Apabila terdapat bayi dengan icterus, dapat langsung di rujuk ke ruang bayi untuk mendapatkan fototerapi.

c.       Spesialis Penyakit Dalam dan Bedah
Pelayanan poli spesialis penyakit dalam dan bedah tidak setiap hari, hanya jika ada pasien yang akan periksa. 

d.      BKIA
Poli BKIA yang ditangani oleh bidan melayani periksa hamil, imunisasi, atau konsultasi masalah kehamilan. Apabila di sore hari, dilayani langsung di ruang bersalin.

2.2.2    Perawatan Rawat Inap
1.   Pelayanan Rawat Inap
Rawat inap adalah pelayanan kesehatan perorangan yang meliputi pelayanan observasi, diagnosa, pengobatan, keperawatan dan rehabilitasi medik.
Pasien yang masuk dalam ruangan rawat inap adalah pasien yang harus mendapatkan perawatan lanjutan dikarenakan pasien mempunyai penyakit parah atau setelah mendapat tindakan operasi dan sebagainya yang harus mendapat pengawasan dan perawatan lebih. Pasien setelah operasi section caesaria paling banyak di rawat di ruang rawat inap ini. 
Identitas pasien rawat inap ditunjukan dengan adanya gelang yang dipasang di pergelangan tangan. Gelang tersebut bertuliskan nama pasien, alamat pasien, tanggal lahir, tanggal masuk pasien. Ada 4 warna gelang, yaitu; warna pink  untuk pasien berjenis kelamin perempuan, warna biru untuk pasien berjenis kelamin laki-laki, warna merah untuk memiliki alergi makanan, obat, kondisi ekstrem, dll, warna kuning            untuk pasien dengan resiko jauh.
Tujuan dari pemberian gelang tersebut untuk memastikan identitas pasien agar tidak salah dalam pemberian obat,  resiko bayi tertukar, dan kesalahan terapi gizi yang diberikan. Sehingga sebelum pasien di beri gelang harus diberikan edukasi tentang tujuan dari pemasangan gelang tersebut.

2.   Fasilitas ruangan
Ruang rawat inap dilengkapi dengan nurse call yang digunakan untuk meminta bantuan perawat.
Ruang rawat inap terdiri dari 8 ruangan yang terbagi atas tiga kelas yaitu :

a.      Kelas I
Kelas I terdapat 3 ruangan. Disetiap ruangan kamar terdiri dari 2 tempat tidur, kamar mandi dalam, almari kecil disetiap tempat tidur untuk barang-barang pasien, kursi untuk tempat duduk keluarga pasien, fasilitas wastafel, televisi dan AC. Ruang kelas 1 hanya terdapat di lantai 3 yang dekat dengan nurse station.

b.      Kelas II
Kelas II ada 2 ruangan. Disetiap ruangan kamar terdiri dari 3 tempat tidur, 1 kamar mandi dalam, almari kecil disetiap tempat tidur untuk barang-barang pasien, kursi untuk tempat duduk keluarga pasien, fasilitas wastafel, televisi dan AC. Ruangan ini terdapat di lantai 3 dan lantai 4. Ruangan kelas II di lantai 3 untuk pasien regular, sedangkan ruangan kelas II di lantai 4 untuk pasien dengan status paket atau jaminan.

5)      Kelas III
Kelas III ada 3 ruangan. Disetiap ruangan kamar terdiri dari 7 tempat tidur, 1 kamar mandi dalam, almari kecil disetiap tempat tidur untuk barang-barang pasien, kursi untuk tempat duduk keluarga pasien, televisi dan AC. Ruangan ini terdapat di lantai 3 dan lantai 4. Ruangan kelas II di lantai 3 untuk pasien regular, sedangkan ruangan kelas II di lantai 4 untuk pasien dengan status paket atau jaminan.
2.2.3    Perawatan Bersalin dan Bayi
Ruang bersalin terhubung dengan ruang operasi, ruang bayi, laboratorium dan recovery room (Ruang pemulihan).
1.      Ruang Bersalin
Ruangan yang digunakan untuk proses persalinan normal, pemasangan IUD, EKG pada janin, kuret, persiapan operasi, baik sectio caesaria maupun tindakan operasi yang lain.

2.      Ruang Bayi
Ruangan yang digunakan untuk bayi, selain petugas dilarang masuk. Dan jika ada keluarga bayi yang ingin melihat, akan diijinkan hanya melalui kaca. Ini dilakukan untuk mencegah penyebaran infeksi atau virus pada bayi. Ruang bayi digunakan untuk melakukan perawatan pada bayi, misal memandikan, penghangatan dan pemeriksaan fisik pada bayi baru lahir serta perawatan pada bayi yang memiliki masalah kesehatan, misal icterus, bayi baru lahir dengan berat badan rendah, dll.

3.      Ruang Operasi dan Ruang pemulihan
Ruangan yang digunakan untuk pasien setelah dilakukan tindakan operasi, baik operasi section caesaria maupun operasi yang lain. Ruang operasi terdapat 3 ruang. Yang bersebelahan dengan ruang pemulihan (recovery room). Jadi, setelah dilakukan tindakan operasi, pasien dipindahkan di ruang pemulihan sebelum di pindahkan ke ruang rawat inap.

2.2.4    Laboratorium
Laboratorium adalah salah satu sarana penunjang medis Rumah Sakit Pura Raharja. Laboratorium ini berfungsi untuk pemeriksaan darah, urine untuk mendiagnosa penyakit pasien.
2.2.5        Instalasi Farmasi
Instalasi farmasi ini terletak di dekat pintu masuk dekat dengan IGD. Instalasi ini melayani pengambilan obat dan alat kesehatan pasien rawat inap. Selain itu juga melayani penjualan obat bagi pasien rawat jalan baik dari IGD, poli spesialis dan poli BKIA yang tidak memerlukan rawat inap.
2.3   Sumber Daya Manusia
            Sumber daya manusia yang berada di Rumah Sakit Pura Raharja, meliputi:

NO
KWALIFIKASI
JUMLAH
KETERANGAN

I.              MEDIS
1.
Spesialis Bedah Umum
3

2.
Spesialis Penyakit Dalam
1

3.
Spesialis Anak
3

4.
Spesialis Kandungan
4

5.
Spesialis Anesthesi
1 team

6.
Dokter Umum
4

7.
Apoteker
1


II.          PARAMEDIS
1.
S1 Keperawatan
6

2.
D3 Keperawatan
9

3.
S1 Anesthesi
-

4.
D3 Anesthesi
1

5.
D4 Kebidanan
1

6.
D3 Kebidanan
10

7.
D4 Analis Kesehatan
-

8.
D3 Analis Kesehatan
3

9.
S1 Ahli Gizi
-

10.
D3 Ahli Gizi
1


III.                                     LAIN-LAIN
1.
Administrasi
3

2.
Juru masak
2

3.
Juru cuci
2

4.
Cleaning Service
4

5.
Keamanan
6


2.4   Sarana dan Prasarana
Terdapat beberapa sarana dan prasarana di Rumah Sakit Pura Raharja. Sarana dan Prasarana ini berfungsi untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien yang berobat ke Rumah Sakit Pura Raharja. Sarana dan prasarana tersebut diantaranya adalah
        2.4.1   IGD 24 jam
        2.4.2   Ruang Bersalin
        2.4.3   Ruang Bayi
        2.4.4   Laboratorium
        2.4.5   Apotek
        2.4.6   Ruang Operasi
        2.4.7   Ruang Rekam Medis
        2.4.8   Rawat Jalan
        2.4.9   Rawat Inap
BAB 3
KEGIATAN PRAKTIK MAHASISWA DI  INSTALASI RAWAT JALAN

3.1 Periode Praktik
Tempat                  : A. IGD (Instalasi Gawat Darurat)
  B. Poli Spesialis Anak
                                      C. Poli Spesialis Kandungan
                                      D. Poli Spesialis Penyakit Dalam
                                      E. BKIA
Tanggal                 : 10 Juni – 06 Juli 2013
Waktu Praktek      : Pagi   (07.00-14.00 WIB)
                                      Siang (14.00-21.00 WIB)

3.2  Jenis Penyakit yang ada di Instalasi Rawat Jalan
 3.2.1   Jenis Penyakit yang ada di Ruang IGD
                  Ada beberapa jenis penyakit yang ditemukan di ruang IGD, antara lain:
1. Faringitis.
2. Vertigo.
3. Gastritis.
4. Febris.
 3.2.2    Penyakit yang ada di Poli Spesialis Kandungan
1.      Leukorea.
2.      Kista.
3.      Amenorea.

3.2.3        Jenis Penyakit yang ada di Poli Spesialis Anak
1.      Cepal Hematom
2.      Obstipasi

3.2.4        Jenis Penyakit yang ada di Poli Spesialis Penyakit Dalam
1.      DM (Diabetes Melitus)
2.      PJK (Penyakit Jantung Koroner)

3.2.5    Pelayanan yang terdapat di Poli Spesialis Anak dan BKIA
1.      Pelayanan yang terdapat di Poli Spesialis Anak
a.       Imunisasi
2.      Pelayanan yang terdapat di BKIA
b.      Suntik KB 1 bulan
c.       Suntik KB 3 bulan

3.3  Tindakan Keperawatan yang dilaksanakan Mahasiswa
3.3.1  Perawatan
1.      Pemeliharaan tempat tidur
a.       Merapikan tempat tidur
b.      Membersihkan tempat tidur
2.      Mencuci tangan dengan cara 6 langkah menggunakan cairan desinfektan.

3.3.2  Perawatan Langsung
1.         Menerima pasien baru.
2.         Mengukur tekanan darah.
3.         Menimbang BB (dewasa dan anak).
4.         Mengukur denyut nadi.
5.         Menghitung pernafasan.
6.         Mengukur suhu melalui axial.
7.         Menyiapkan pasien yang akan pulang.

3.3.3  Perawatan Dasar yang Berhubungan dengan Program Pengobatan
1.      Membantu menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien.
2.      Membantu memasang cairan infuse.
3.      Membantu memberikan obat melalui pernafasan (pemberian O2).
4.      Membantu memberikan obat secara parenteral melalui intravena.

3.3.4  Perawatan Dasar yang Berhubungan dengan Pemeriksaan Fisik dan Laboratorium
1.      Membantu menyiapkan untuk pemeriksaan diagnosis dan laboratorium.
2.      Membantu mengirimkan bahan untuk pemeriksaan darah dan urine ke laboratorium.

3.4        Pembahasan Contoh Kasus di Instalasi Rawat Jalan
3.4.1 Penyakit yang sering ditemukan di Ruang IGD
Penyakit yang sering ditemukan di Ruang IGD adalah Gastristis.
1.   GASTRITIS
Gastritis adalah suatu peradangan yang terjadi pada mukosa lambung yang akut dengan kerusakan-kerusakan erosi. (Brunner dan Sudath, 2000 : 1405).
a.      ETIOLOGI.
1)   Gastritis Akut. Inflamasi akut dari dinding lambung yang biasanya terbatas pada mukosanya saja dan terjadi karena gastritis eksogen dan endogen yang akut.
a)      Gastritis eksogen akut. Disebabkan faktor dari luar yang terdiri dari beberapa bagian. Gastritis eksogen akut yang simple, disebabkan oleh : makanan-makanan dan minuman panas yang dapat merusak mukosa lambung, seperti rempah-rempah, alkohol dan sebagainya. Obat-obatan, seperti : Analgetik, Anti inflamasi, antibiotik dsb. Bahan kimia dan minuman yang bersifat korosit, bahan alkali yang kuat seperti, soda, kaustik, (non-hydroxide) korosit sublimat.
b)      Gastritis endogen akut. Disebabkan kelainan dalam tubuh yang terdiri dalam beberapa bagian : Gastritis infektiosa akut, disebabkan oleh toksin atau bakteri yang beredar dalam darah dan masuk ke jantung, misalnya morbili, dipteri, variola dsb. Gastritis egmonos akute, disebabkan oleh invasi langsung dari bakteri pirogen pada dinding lambung, seperti streptococcus, stpilacoccus dsb.
2)      Gastritis Kronis. Merupakan suatu inflamasi kronik yang terjadi pada waktu lama dipermukaan mukosa lambung Penyebabnya belum diketahui secara langsung, namun diduga disebabkan oleh : Bakteri, infeksi stapilococcus (akute) mungkin pada akhirnya akan menjadi kronis. Infeksi lokal, infeksi pada sinus, gigi dan post nasal dapat menimbulkan gastritis. Alkohol dapat menyebabkan kelainan pada mukosa lambung. Faktor, psikologis dapat menimbulkan hipersekresi asam lambung.
b.      PATOFISIOLOGI.
Pada gaster yang terjadi peradangan pada lapisan mukosa terjadi kemerahan, edema dan meradang, biasanya peradangan ini terbatas pada mukosa saja. Apabila sering mengkonsumsi bahan-bahan yang bersifat iritasi maka dapat menyebabkan perdarahan mukosa lambung, juga dapat menimbulkan kerak yang disertai reaksi inflamasi. Jika hal ini terus berlanjut, maka akan terjadi peningkatan sekresi asam lambung serta dapat meningkatkan jumlah asam lambung. Keadaan demikian dapat menyebabnkan iritasi yang lebih parah pada mukosa lambung akibat hipersekresi dari asam lambung.
c.       MANIFESTASI KLINIS.
1)      Gastritis Akute, terdiri dari:
a)      Gastritis Akute Eksogen Simple. Gejala-gejalanya meliputi: nyeri epigastrik mendadak, Nausea yang di susul dengan vomitus, saat serangan pasien berkeringat, gelisah, sakit perut dan kadang disertai panas serta tachicardi dan biasanya dalam 1-2 hari sembuh kembali.
b)      Gastritis Akute Eksogen Korosiva. Gejala-gejalanya meliputi: pasien kolaps dengan kulit yang dingin, tachicardi dan sianosis, perasaan seperti terbakar, pada epigastriu dan nyeri hebat / kolik.
c)      Gastritis Infeksiosa Akute. Gejala-gejalanya, meliputi Anoreksia, perasaan tertekan pada epigastrium, vomitus dan hematemisis
d)     Gastritis Hegmonos Akute. Gejala-gejalany, meliputi nyeri hebat mendadak di epigastrium, Neusia, rasa tegang pada epigastrium, vomitus, panas tinggi dan lemas, tachipneu, lidah kering sedikit ekterik,  Tachicardi, sianosis pada ektremitas, diare, abdomen lembek dan Leukositosis.

2) Gastritis Kronis, terdiri dari :
a) Gastritis Superfisialis. Gejala-gejalanya, yaitu: rasa tertekan yang samar pada epigastrium, penurunan BB, kembung / rasa penuh pada epigastrium, Nousea, rasa perih sebelun dan sesudah makan, terasa pusing danVomitus.
b)   Gastritis Atropikan. Gejala-gejalanya, yaitu: rasa tertekan pada epigastrium, Anorexia, rasa penuh pada perut, Nousea, keluar angin pada mulut, Vumitus, mudah tersinggung, gelisah, mulut dan tenggorokan terasa kering.
c)   Gastritis Hypertropik Kronik. Gejala-gejalanya, yaitu: nyeri pada epigastrium yang tidak selalu berkurang setelah minum susu, nyeri biasanya timbul pada malam hari dan kadang disertai melena.

d.      PEMERIKSAAN PENUNJANG.
Tiga cara dalam menegakkan pemeriksaan, yaitu gambaran klinis, gambaran lesi mukosa akut di mukosa lambung berupa erosi atau ulkus dangkal dengan tepi rata pada endoskopi, dan gambaran foto atau gambaran radiologi dengan kontras tunggal yang sukar untuk melihat lesi permukaan yang superficial, karena itu sebaiknya digunakan kontras ganda secara umum peranan endoskopi saluran cerna bagian atas lebih sensitif dan spesifik untuk diagnosis kelainan akut lambung.
e.       PENATALAKSANAAN.

1)    Gastritis Akute.
a)Gastritis Eksogen Akute Simple.
Fase akute, istirahat total 1-2 hari. Hari 1 sebaiknya jangan diberikan makan, setelah mual dan muntah berkurang, coba berikan teh hangat dan air minum. Hari kedua berikan susu hangat, benintton dengan garam terutama setelah banyak muntah. Hari ketiga boleh makan bubur dan bisa makan lembek lainnya. Kolaborasi medik : Pemberian cairan, Antimuntah untuk mengurangi muntah ~ Sotatik dan Anti spasmodik untuk memperbaiki spasme otot.
b)         Gastritis Infektiosa Akute.
Pengaturan diet. Beri makanan lembek dan tidak merangsang mual dan muntah. Kolaborasi medik : Pemberian antibiotik untuk penanganan factor penyebab dan pembrian anti spasmodik.
c)Gastritis Hegmonos Akute.
Pengaturan diet. Pada abses lokal perlu dilakukan drainase. Pada pasien dengan hegmonos dispus perlu gastriktomy. Kolaborasi medik : Antibiotik untuk penanganan faktor penyebab.
2)   Gastritis Kronis.
a)  Gastritis Superfisialis.
Istirahat yang cukup. Pemberian makanan yang cair utuk penderita yang mengalami erosi dan perdarahan sedikit. Makanan lembek untuk yang tidak terjadi perdarahan. Kolaborasi medik : Pemberian anti spasmodik.
b) Gastritis Atropikan.
Setelah makan sebaiknya istirahat untuk mnecegah terjadinya neusea dan vomitus. Beri makanan lembek dan porsi kecil tapi sering. Kolaborasi medik : Pemberian anti spasmodic dan beri ekstrak hati, Vit. B12, dan zat besi.
c)      Gastritis Hypertropikan.
Istirahat yang cukup. Hindari merokok. Beri makanan cair dan lembek. Kolaborasi medik : Anti spasmodic dan anti perdarahan k/p.
        
f.       KOMPLIKASI.
1)      Gastritis Akute.
Perdarahan saluran cerna atas, hingga anemia dan kematian. Ulkus pada lambung. Perforasi lambung.




2)      Gastritis Kronis.
Gangguan penyerapan Vitamin B12 karena atropi lambung dan akan terjadi anemia pernisiosa. Gangguan penyerapan zat besi. Penyempitan daearah fillorus. Kanker lambung.

3.4.2         Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Kandungan
Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Kandungan adalah Kista.
1.   KISTA
Kista ovarium adalah pertumbuhan sel berlebihan atau abnormal pada ovarium yang membentuk seperti kantong  tumor. Tumor jinak dapat bersifat epitecal, atau berasal  dari  strauma gonat khusus. Secara klinis mereka dapat  memberikan  gejala dan tanda yang sangat mirip sehingga diagnosa hanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan histopatologi. (Brunner dan Suddarth, 2000).
Ovarium kista adalah ovarium yang mengandung kista folikular kecil yang multiple yang terisi dengan cairan serosa encer, berwarna kuning atau terwarnai oleh darah. (Kamus Kedokteran Dorland, 812).

a.      ETIOLOGI
Kista ovarium belum diketahui  secara jelas dan pasti, tetapi diperkirakan karena ada kemungkinan korpus luteum gravidatatis ikut terangkat. Korpus luteum adalah organ fisiologis lain yang berpotensi nengalami pembentukan kista dan perdarahan, suatu folikel yang matang tidak dilepaskan sel telur sehingga menetap dan membesar selama siklus ovulasi tumbuh atau berkembang dari folikel kista sederhana (normal) yang dipengaruhi proses antresia folikel, korpus luteum yang mengalami hematoma.

b.      FISIOLOGIS
Ovarium merupakan kelenjar terbentuk buah kenari terletak dikiri dan kanan uterus dibawah tuba uterin dan terikat disebelah belakang oleh ligamentum latum uterus. Setiap bulan sebuah folikel berkembang dan sebuah ovum dilepaskan. Ovarium disebut juga indung telur, didalamnya terdapat jaringan bulbus dan jaringan tubulus yang menghasilkan telur (ovum), ovarium ini hanya terdapat pada wanita letaknya di dalam pelviks sebelah kiri, kanan uterus. Jaringan yang banyak mengandung kapiler darah dan serabut kapiler saraf.  umumnya bentuk kista-kista kecil banyak ditemukan di ovarium yaitu dalam folikel dan korpus luteum.
Selama proses ovulasi folikel-folikel yang sudah matang akan melepaskan satu telur. Tapi pada pembentukan kista, pada proses ovulasi folikel tidak dapat mengeluarkan telur sehingga folikel membesar dan menjadi kista. Selain itu korpus luteum adalah organ fisiologis lain yang berpotensi mengalami pembentukan kista pada perdarahan korpus luteum persistem jarang didapatkan pada wanita yang tidak hamil. Bila kemudian telah disingkirkan maka pembesaran salah satu ovarium dapat akibat pembentukan kista dalam pusat luteum yang gagal mengecil.

c.       PATOFISIOLOGI
Pada proses ovulasi terjadi ketidakseimbangan hormon esterogen dan progesteron sehingga folikel tidak bisa melepaskan sel telur. Selain itu terjadi atersia folikel yang juga menyebabkan sel telur tidak bisa keluar di dalam ovarium. Sel telur tumbuh dan berkembang sehingga menyebabkan kista ovari.
Kista ovari dibagi menjadi dua yairu kista ovari fisiologis dan patologis terjadi suatu peningkatan tekanan intra abdomen yang dapat menyebabkan trauma jaringan yang pada beberapa perempuan menimbulkan disminore yang menimbulkan nyeri pada saat menstruasi, karena kista ovari menyebabkan terhambatnya proses ovulasi sehingga terjadi aminorea. Selain kista ovarium yang patologis pada keadaan sebelum operasi kista terus berkembang dan tumbuh yang bisa menyebabkan trauma jaringan sehingga terasa nyeri dan mengalami gangguan mobilitas fisik.
Kista yang berkembang sebelum operasi juga memungkinkan terjadinya ruptur pada ovarium dan menimbulkan perdarahan intra abdomen sehingga kemungkinan terjadi resiko tinggi infeksi karena masuknya mikroorganisme dan timbul rasa nyeri karena kurang pengetahuan tentang penyakit kista maka muncullah ansietas. Pada keadaan setelah operasi yaitu setelah pembedahan laparatormi terjadi deformitas jaringan yang menyebabkan perlukaan yang menimbulkan kerusakan integritas kulit dan memungkinkan terjadinya resiko tinggi infeksi akibat proses pembedahan deformitas jaringan tersebut juga bisa menyebabkan nyeri yang menganggu mobilitas fisik.

d.      KLASIFIKASI  KISTA
Beberapa jenis tumor ovarium.
1)         Tumor Non Neoplastic adalah tumor yang diakibatkan radang pada dinding ovarium.
2)         Jenis tumor lain, antara lain: Kista Folikel, Kista Korpus Luteum, Kista Lutein, Kista inklusi germinal, Kista endometrium dan Kista stein – leventhal.
3)         Tumor Neoplastic, dibagi 2 jenis.
a)         Tumor jinak. Tumor Jinak ini ada beberapa jenis, yaitu: Kistoma ovarii simpleks, Kistadenoma ovarii serasum, Kista dermoid dan Tumor Brenner.
b)         Tumor ganas ovarium.

e.       MANIFESTASI KLINIS
Seperti pada penyakit ganas, tumor ovarium dapat tumbuh dengan tenang dan jarang penyebab gejala sampai setelah mencapai ukuran besar. Ketika tumor berkembang akan terjadi distensi abdominal. Pengaruh berat tekanan terhadap usus dan kandung kemih. Pertumbuhan tumor ovarium dapat memberikan gejala karena besarnya, terdapat perubahan hormonal atau penyulit yang terjadi. Tumor jinak ovarium diameternya kecil sering ditemukan secara kebetulan dan tidak memberikan gejala klinik yang berarti. Sebagian besar tanda dan gejala adalah akibat dari:
1)         Gejala akibat pertumbuhan, sehingga menimbulkan rasa berat di abdomen bagian bawah, mengganggu miksi atau defekasi dan tekanan tumor dapat menimbulkan konstipasi atau edema pada tungkai bawah.
2)         Gejala akibat perubahan hormonal. Ovarium merupakan sumber hormon utama wanita, sehingga bila berhubungan dengan tumor menimbulkan gangguan menstruasi dan tumor sel granulase.
3)         Gejala klinik akibat komplikasi yang terjadi pada tumor, yaitu:
a)         Perdarahan  ke dalam kista  (intra tumor). Bila terjadi perdarahan dalam jumlah yang banyak dapat menimbulkan nyeri abdomen mendadak dan memerlukan tindakan cepat.
b)         Robek dinding kista. Pada torsi tangkai kista ada kemungkinan terjadi robekan sehingga isi kista tumpah ke dalam ruang abdomen.
c)         Degenerasi ganas kista ovarium. Keganasan kista ovarium sering dijumpai. Kista pada usia sebelum menarche dan kista pada usia diatas 48 tahun
d)        Sindrome Meigs. Sindrom yang ditemukan oleh meigs menyebutkan terdapat fibroma ovari, acites dan hidrothorak dengan tindakan operasi fibroma ovari maka sindroma akan menghilang dengan sendirinya.

f.       PEMERIKSAAN PENUNJANG
         Ada beberapa pemeriksaan penunjang untuk memeriksa ada tidaknya kista dalam tubuh manusia.
1)         Laparaskopi. Berguna untuk mengetahui apakah berasal dari ovari dan juga dapat menentukan sifatnya.
2)         Ultrasonografi. Memungkinkan visualisasi kista yang diameternya dapat berkisar dari 1-6 cm. Berguna untuk memungkinkan letak dan batasnya dan dapat pula dibedakan antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan tidak bebas.
3)         Foto Rongent. Berguna untuk  menentukan adanya hidrothoraks, selanjutnya pada kista dermoid kadang-kadang dapat dilihat adanya gigi pada kista.

g.      PENATALAKSANAAN
1)      Pada kista ovarium dengan keluhan nyeri perut dilakukan laparatomi.
2)      Pada kista pvarium asimtomatik besarnya lebih dari 10 cm dilakukan laparatomi.
3)      Kista yang kecil (< 5 cm) umumnya tidak memerlukan tindakan operatif.
4)      Kista 5-10 cm memerlukan observasi jika menetap atau membesar dilakukan laparatomi.
5)      Jika pada laparatomi ada kecurigaan keganasan, pasien perlu dirujuk ke rumah sakit yang lebih lengkap untuk evaluasi dan penanganan selanjutnya.
6)      Observasi klinis pasien.
7)      Pengukuran kadar hematorit dan hemoglobin,
8)      Pencegahan komplikasi serius yang timbul dari pembedahan.

3.4.3  Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Anak
Penyakit yang menarik untuk dibahas yang ditemukan di Poli Spesialis Anak adalah Cephal Hematoma.
1.      CEPHAL HEMATOMA
a.       Perdarahan sub periosteal akibat ruptur pembuluh darah antara tengkorak dan periosteum
b.      Perdarahan superfisial akibat kerusakan jaringan periosteum karena tekanan jalan lahir dan tidak melampaui batas garis tengah
c.       Pembengkakan pada kepala karena adanya penumpukan darah yang disebabkan perdarahan sub periosteum Faktor Predisposisi
d.      Tekanan jalan lahir yang terlalu lama pada kepala saat persalinan
e.       Moulage terlalu keras
f.       Partus dengan tindakan seperti forcep, vacum ekstraksi.
Cephal hematoma adalah perdarahan sub periosteal akibat kerusakan jaringan poriestum karena tarikan atau tekanan jalan lahir. Dan tidak pernah melampaui batas sutura garis tengah. Pemeriksaan x-ray tengkorak dilakukan, bila dicurigai ada nya faktur (mendekati hampir 5% dari seluruh cephalhematoma). Tulang tengkorak yang sering terkena adalah tulang temporal atau parietal ditemukan pada 0,5-2 % dari kelahiran hidup. (Menurut P.Sarwono.2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ; Bagus Ida Gede Manuaba. 1998; Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan).
Cephal hematoma adalah pembengkakan pada daerah kepala yang disebabkan karena adanya penumpukan darah akibat pendarahan pada subperiostinum.( Vivian nanny lia dewi, 2010 ). Kelainan ini agak lama menghilang (1-3 bulan).Pada gangguan yang luas dapat menimbulkan anemia dan hiperbilirubinemia.Perlu pemantauan hemoglobin, hematokrik, dan bilirubin.Aspirasi darah dengan jarum tidak perlu di lakukan. (Sarwono Prawirohardjo,2007).

a.      ETIOLOGI
1)       Persalinan lama.
Persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebab kan adanya tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang menyebabkan robeknya pembuluh darah.

2)      Tarikan vakum atau cunam.
Persalinan yang dibantu dengan vacum atau cunam yang kuat dapat menyebabakan penumpukan darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan periosteum.
3)      Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala bayi. (Menurut : Prawiraharjo, Sarwono. 2002. Ilmu Kebidanan).

b.      PATOFISIOLOGI
1)      Cephal hematoma dapat terjadi karena 2 hal yaitu:
a)      Pada partus lama (kala I lama, kala II lama), kelahiran janin dibantu dengan menggunakan vacum ekstraksi atau forseps yang sangat sulit. Sehingga moulage berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma.
b)      Pada kelahiran spontan (kepala bayi besar) terjadi penekanan pada tulang panggul ibu. Sehingga moulage terlalu keras atau berlebihan dan menyebabkan trauma kepala dan selaput tengkorak rupture. Sehingga menyebabkan pendarahan sub periosteum dan terjadi penumpukan darah sehingga terjadi Cephal Hematoma. Karena adanya tekanan yang berlebihan, maka akan menyerap dan terabsorbsi keluar sehingga oudema.
Cephal hematoma terjadi akibat robeknya pembuluh darah yang melintasi tulang kepala ke jaringan poriosteum.Robeknya pembuluh darah ini dapat terjadi pada persalinan lama.Akibat pembuluh darah ini timbul timbunan darah di daerah sub periosteal yang dari luar terlihat benjolan. Bagian kepala yang hematoma bisanya berwarna merah akibat adanya penumpukan daerah yang perdarahan sub periosteum. (Menurut : FK. UNPAD. 1985. Obstetri Fisiologi Bandung).
2)      Tanda-tanda dan gejala Cephal hematoma:
a)      Adanya fluktuasi
b)      Adanya benjolan, biasanya baru tampak jelas setelah 2 jam setelah bayi lahir.
c)      Adanya chepal hematoma timbul di daerah tulang parietal.Berupa benjolan timbunan kalsium dan sisa jaringan fibrosa yang masih teraba. Sebagian benjolan keras sampai umur 1-2 tahun. (Menurut: Prawiraharjo, Sarwono.2002.Ilmu Kebidanan).

c.       TANDA DAN GEJALA
1)      Gejala dan tanda yang sering muncul yaitu:
a)      Kepala bengkak dan merah, hal ini karena penumpukan darah pada daerah sub periostium.
b)      Batasnya jelas, karena adanya tanda-tanda peradangan.
c)      Pada perabaan mula-mula keras lambat laun lunak, karena darah pekat jadi lama-lama menjadi lunak.
d)     Menghilang pada waktu beberapa minggu.
e)      Baru tampak 6-8 jam setelah lahir, besar, hilang 16-22 jam atau beberapa minggu kemudian.
f)          Lunak, tetapi tidak leyok pada tekanan dan berfluktuasi.
g)      Pembengkakan terbatas.
h)      Tidak melewati sutura.
i)           Tempatnya tetap.
j)           Karena perdaraahan subperiosteum.



d.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang terjadi pada penderita Cephal Hematoma, yaitu: Ikterus, Anemia, Infeksi dan kalasifikasi mungkin bertahan selama > 1 tahun.

e.        PENATALAKSANAAN
Cephal hematoma umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Biasanya akan mengalami resolusi khusus sendiri dalam 2-8 minggu tergantung dari besar kecilnya benjolan. Namun apabila dicurigai adanya fraktur, kelainan ini akan agak lama menghilang (1-3 bulan) dibutuhkan penatalaksanaan khusus antara lain : Menjaga kebersihan luka, tidak boleh melakukan massase luka/benjolan Cephal hematom dan pemberian vitamin K.
Bayi dengan Cephal hematoma tidak boleh langsung disusui oleh ibunya karena pergerakan dapat mengganggu pembuluh darah yang mulai pulih.
1)      Untuk melakukan penanganan pada kasus cephal hematoma sebagai berikut:
a)      Hampir sama dengan caput succedaneum hanya lebih hati-hati jangan sering diangkat dari tempat tidur.
b)      Cairan tersebut akan hilang terabsorbsi dengan sendirinya dalam satu minggu. Terabsosbsinya menjadi lama apalagi terjadi jaringan fibroblast.
c)      Tidak di aspirasi karena dikhawatirkan akan terjadi infeksi bila kulit ditusuk jarum sehingga terjadi trauma akibat peradangan benda asing.
d)     Setelah hematoma lenyap, terjadi hemolisis sel darah merah.
e)      Stilumus secara pelan untuk merangsang pembuluh limfe dibawah kulit.
f)          Hari pertama kopres dingin.
g)      Hari kedua sampai keempat kompres hangat.
h)      Hiperbilirubinemia dapat timbul setelah bayi dirumah.
i)           Konseling orang tua untuk awasi timbulnya kemungkinan ikterik.
j)           Diminta cek RS, pada minggu keempat.

Pada neonatus dengan cephalhematoma tidak diperlukan pengobatan, namun perlu dilakukan fototerapi untuk mengatasi hiperbilirubinemia. Pada neonates dengan benjolan akan hilang sendiri dalam beberapa minggu atau beberapa bulan. Tetapi memerlukan observasi terhadap bilirubinemia dan trombositopenianya. Pasien yang menderita penyakit ini dapat diberi vitamin K untuk mengurangi perdarahan. Selain itu, perlu pemeriksaan x-ray tengkorak, bila dicurigai adanya fraktur (mendekati hampir 5% dari seluruhcephalhematoma). Pemantauan bilirubinia, hematokrit, dan hemoglobin dan aspirasi darah dengan jarum suntik tidak diperlukan

3.4.4 Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Penyakit Dalam
         Penyakit yang sering ditemukan di Poli Spesialis Penyakit Dalam dalah Diabetes Melitus.

1. DIABETES MELITUS
Diabetes melitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen dengan manifestasi berupa hilangnya toleransi karbohidrat (Silvia. Anderson Price, 1995).
Diabetes melitus adalah gangguan metabolik kronik yang tidak dapat disembuhkan, tetapi dapat dikontrol yang dikarakteristikan dengan ketidak ade kuatan penggunaan insulin (Barbara Engram; 1999, 532).
Diabetes melitus adalah suatu penyakit kronik yang komplek yang melibatkan kelainan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak dan berkembangnya komplikasi makro vaskuler, mikro vaskuler dan neurologis (Barbara C. Long, 1996).

a.      ETIOLOGI
Penyebab Diabetes Melitus berdasarkan klasifikasi menurut WHO tahun 1995 adalah :
1)      DM Tipe I (IDDM : DM tergantung insulin)
a)      Faktor genetik / herediter. Faktor herediter menyebabkan timbulnya DM melalui kerentanan sel-sel beta terhadap penghancuran oleh virus atau mempermudah perkembangan antibody autoimun melawan sel-sel beta, jadi mengarah pada penghancuran sel-sel beta.
b)      Faktor infeksi virus. Berupa infeksi virus coxakie dan Gondogen yang merupakan pemicu yang menentukan proses autoimun pada individu yang peka secara genetic
2)      DM Tipe II (DM tidak tergantung insulin = NIDDM)
               Terjadi paling sering pada orang dewasa, dimana terjadi obesitas pada individu obesitas dapat menurunkan jumlah resoptor insulin dari dalam sel target insulin diseluruh tubuh. Jadi membuat insulin yang tersedia kurang efektif dalam meningkatkan efek metabolik yang biasa.
3)      DM Malnutrisi
a)      Fibro Calculous Pancreatic DM (FCPD). Terjadi karena mengkonsumsi makanan rendah kalori dan rendah protein sehingga klasifikasi pangkreas melalui proses mekanik (Fibrosis) atau toksik (Cyanide) yang menyebabkan sel-sel beta menjadi rusak.
b)      Protein Defisiensi Pancreatic Diabetes Melitus (PDPD). Karena kekurangan protein yang kronik, sehingga menyebabkan hipofungsi sel Beta pancreas
4)      DM Tipe Lain
               Penyakit pankreas seperti : pancreatitis, Ca Pancreas dll. Penyakit hormona, seperti : Acromegali yang meningkat GH (growth hormon) yang merangsang sel-sel beta pankeras yang menyebabkan sel-sel ini hiperaktif dan rusak. Dikarenakan obat-obatan yang bersifat sitotoksin terhadap sel-sel  seperti aloxan dan streptozerin yang mengurangi produksi insulin seperti derifat thiazide, phenothiazine dll.

b.      MANIFESTASI KLINIS
Gejala-gejala yang akan dialami pasien penderita diabetes mellitus, meliputi: Poliuria, polidipsi, polipagia, penurunan berat badan, kelemahan, keletihan dan mengantuk, malaise, kesemutan pada ekstremitas, infeksi kulit, pruritus dan timbul gejala ketoasidosis & samnolen bila berat.
c.          PENATALAKSANAAN
1)      Diet. Perhimpunan Diabetes Amerika dan Persatuan Dietetik Amerika Merekomendasikan = 50 – 60% kalori yang berasal dari : Karbohidrat    60 – 70%, protein    12 – 20 %, lemak    20 – 30 %.
2)      Latihan. Latihan dengan cara melawan tahanan dapat menambah laju metabolism selainitu dapat menurunkan BB, mengurangi stres dan menyegarkan tubuh. Latihan menghindari kemungkinan trauma pada ekstremitas bawah, tetapi hindari latihan dalam udara yang sangat panas/dingin, karena dapat membuat pengendalian metabolic menjadi buruk. Gunakan alas kaki yang tepat dan periksa kaki setiap hari sesudah melakukan latihan.
3)      Pemantauan. Pemantauan yang ditujukan pada kadar Glukosa darah secara mandiri.
4)      Terapi (jika diperlukan)
5)      Pendidikan
(Brunner & Suddarth, 2002)

d.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1)      Gula darah meningkat. Kriteria diagnostik WHO untuk DM pada dewasa yang tidak hamil: Pada sedikitnya 3 x pemeriksaan.
Pemeriksaan tersebut, yaitu
a)      Glukosa plasma sewaktu/random > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
b)      Glukosa plasma puasa/nuchter > 140 mg/dl (7,8 mmol/L)
c)      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial) > 200 mg/dl.
2)      Tes Toleransi Glukosa. Tes toleransi glukosa oral : pasien mengkonsumsi makanan tinggi kabohidrat (150 – 300 gr) selama 3 hari sebelum tes dilakukan, sesudah berpuasa pada malam hari keesokan harinya sampel darah diambil, kemudian karbohidrat sebanyak 75 gr diberikan pada pasien. (Brunner & Suddarth, 2003)

e.          KOMPLIKASI
1)      Komplikasi metabolic, yaitu: ketoasidosis diabetic. HHNK (Hiperglikemik Hiperosmolar Non Ketotik).
2)      Komplikasi, yaitu: mikrovaskular kronis (penyakit ginjal dan mata) dan Neuropati, makrovaskular (MCl, Stroke, penyakit vaskular perifer). (Brunner & Suddarth, 2002)

 BAB 4
KEGIATAN MAHASISWA DI RUANGAN RAWAT INAP

4.1 Periode Praktek
Tempat                  : Ruangan Keperawatan
Tanggal                 : 10 Juni – 06 Juli 2013
Waktu Praktek      : Pagi     (07.00 – 14.00)
                                      Sore     (14.00 – 21.00)
                                      Malam (21.00 – 07.00)

4.2   Jenis Penyakit yang ada di ruangan Rawat Inap
Ada beberapa penyakit yang dapat ditemukan di ruangan Rawat Inap, diantaranya adalah
4.2.1        Luka Jahitan Setelah Melahirkan
4.2.2        Diare
4.2.3        Melena (BAB yang berwarna hitam)
4.2.4        Kista

4.3  Tindakan Keperawatan yang dilaksanakan Mahasiswa
4.3.1  Perawatan
1.      Pemeliharaan tempat tidur.
a.       Membersihkan tempat tidur.
b.      Menyiapkan tempat tidur untuk pasien baru.
c.       Menyiapkan tempat tidur untuk pasien pasca operasi.
 a.       Merapikan tempat tidur tanpa pasien di atasnya.
b.      Mengganti alat tenun tempat tidur tanpa pasien di atasnya.
1.      Mempersiapkan larutan desinfektan.
2.      Menyiapkan peralatan operasi.
3.      Mencuci alat medis.
4.      Melakukan DTT.
5.      Melakukan sterilisasi.
6.      Mencuci tangan dengan cara 7 langkah.

4.3.2        Perawatan langsung
1.      Menerima Pasien baru.
2.      Skrening gizi.
3.      Membantu pasien pindah dari tempat tidur ke brand chard atau sebaliknya.
4.      Merapikan tempat tidur dengan pasien di atasnya.
5.      Mengganti alat tenun tempat tidur dengan pasien di atasnya.
6.      Menimbang berat badan pasien.
7.      Mengukur suhu badan melalui axial.
8.      Menghitung denyut nadi.
9.      Menghitung pernafasan pasien.
10.  Mengukur tekanan darah.
11.  Menyiapkan pasien yang akan pulang.
12.  Memandikan pasien di tempat tidur.

4.3.3        Perawatan dasar yang berhubungan dengan program pengobatan
1.      Menyiapkan dan memberikan obat pada pasien.
2.      Memberikan obat secara parenteral melalui intra vena.
3.      Memasang cairan infuse.
4.      Menghitung tetesan infuse.
5.      Mengganti cairan infuse.
6.      Melepas infuse.
7.      Pemberian oksigen.

4.3.4  Perawatan dasar yang berhubungan dengan pemeriksaan fisik dan     laboratorium
1.      Menyiapkan untuk pemeriksann diagnose dan laboratorium.
2.      Mengirimkan bahan untuk pemeriksaan darah dan urin.


4.4      Pembahasan Contoh Kasus di Ruangan Rawat Inap
4.4.1        MELENA (Fases/BAB bewarna hitam)
Melena merupakan kasus yang sering ditemukan di ruang rawat inap Rumah Sakit Pura Raharja.

1. PENGERTIAAN
Melena adalah feses yang berwarna hitam dan berbau busuk karena bercampur produk darah dari saluran cerna. Adanya melena menunjukkan bahwa darah telah berada di saluran cerna dalam waktu setidaknya 14 jam dan biasanya terjadi pada saluran cerna bagian atas, walaupun terkadang melena dapat pula timbul akibat perdarahan dari colon. Sementara hematochezia adalah terdapatnya darah segar pada feses, yang menunjukkan perdarahan saluran cerna bagian bawah.

2. ETIKOLOGI
Mekanisme terjadinya perdarahan saluran cerna antara lain disebabkan disrupsi mukosa gastrointestinal sebagai akibat sekunder dari peristiwa inflamasi, infeksi, trauma, atau kanker. Penyebab terbanyak adalah peptic ulcer disease, Selain itu perdarahan saluran cerna dapat terjadi akibat abnormalitas vaskular, seperti ektasis pada vaskular atau varises esofagus karena hipertensi portal. Selain itu, riwayat penggunaan obat-obatan golongan NSAID jangka panjang atau konsumsi alkohol juga potensial menyebabkan kerusakan pada mukosa saluran cerna.
3.   FISIOLOGIS
Perdarahan saluran gastrointestinal merupakan keadaan emergensi yang membutuhkan penanganan segera. Insiden perdarahan gastrointestinal mencapai lebih kurang 100 kasus dalam 100.000 populasi per tahun, umumnya berasal dari saluran cerna bagian atas. Perdarahan saluran cerna bagian atas muncul 4 kali lebih sering dibandingkan perdarahan pada bagian bawah, serta merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas untuk kasus gangguan pada saluran cerna. Mortalitas akibat perdarahan saluran cerna bagian atas ditemukan sebanyak 6-10% dari seluruh kasus. Perdarahan saluran gastrointestinal dapat muncul dalam lima macam manifestasi, yaitu hematemesis, melena, hematochezia, occult GI bleeding yang bahkan dapat terdeteksi walaupun tidak ditemukan perdarahan pada pemeriksaan feses, serta tanda-tanda anemia seperti syncope dan dyspnea.


4.      PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Hitung darah lengkap.
a. Konsentrasi hemoglobin dan hematokrit. Mungkin normal pada awal perdarahan saluran cerna akut. Kemudian menurun seiring masuknya cairan ekstravaskular ke dalam pembuluh darah sebagai upaya pengembalian volume darah. Pasien dengan perdarahan saluran cerna kronis dapat menunjukkan nilai hemoglobin dan hematokrit yang sangat rendah walaupun tekanan darah dan nadi berada dalam batas normal.
b.   Leukositosis dan trombositosis ringan sering terlihat.
c.   Distribusi sel darah merah dapat menunjukkan anemia mikrositik dan anemia kekurangan besi sebagai akibat kehilangan darah.

5.   PENATALAKSANAAN
Pendekatan terapi pada pasien dengan perdarahan saluran cerna adalah sebagai berikut:
a.       Resusitasi dan stabilisasi hemodinamik.
b.      Intervensi tindakan: Endoscopic hemostatic therapy, colonoscopic removal of bleeding polyp or mass, surgical resection, sclerotherapy.
c.       Farmakoterapi: Epinefrin 1:10.000, proton pump inhibitor (pantoprazol dosis awal 80 mg bolus diikuti 8 mg/jam; lansoprazol 60 mg bolus diikuti 6 mg/jam), eradikasi H. pylori, penghentian penggunaan obat-obatan golongan NSAIDs, misoprostol 100 µg 3-4 kali sehari, short term treatment dengan okreotide 50 µg bolus dan 50 µg/ jam infus untuk 2-5 hari.

BAB 5
KEGIATAN PRAKTEK MAHASISWA DI RUANG BERSALIN DAN RUANG BAYI

5.1        Priode Praktek
Tempat                  : Ruangan bersalin dan bayi
Tanggal                 : 10 Juni – 06 Juli 2013
Waktu Praktek      : Pagi     (07.00 - 14.00 WIB)
                                      Sore     (14.00 - 21.00 WIB)
                                      Malam (21.00 – 07.00 WIB)

5.2        Jenis Penyakit yang ada di Ruang Bersalin dan Ruang Bayi
5.2.1  Sectio Caesaria
5.2.2  Ikterus Neonatorum
5.2.3  IUFD (Intra Uterine Fetal Death)

5.3  Tindakan Keperawatan yang dilakukan oleh Mahasiswa
5.3.1  Perawatan
1.      Pemeliharaan tempat tidur.
2.      Menyiapkan tempat tidur.
3.      Merapikan tempat tidur.
4.      Mempersiapkan larutan desinfektan.
5.      Mencuci tangan 7 langkah sebelum dan sesudah melakukan tindakan.
6.      Mensterilkan peralatan.
5.3.2     Perawatan Langsung
1.   Menerima pasien baru.
2.   Melakukan cek TTV (tanda tanda vital).
3.   Injeksi Intra Muscular (IM).
4.   Mencukur rambut pubis untuk persiapan operasi.
5.   Pencegahan infeksi.
6.   Menghitung Detak Jantung Janin (DJJ).
7.   Mengganti popok bayi.
8.   Memberikan nutrisi berupa makanan atau minuman kepada ibu atau bayi.
9.   Mengganti dan menghitung cairan infuse.
10. Membantu pasien BAB dan BAK.
11. Memandikan bayi.
12. Melakukan inform concent kepada pasien.
13. Merawat catheter.
14. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi roda ataupun sebaliknya.
15. Memberikan huknah rendah.

5.3.3     Perawatan Dasar yang Berhubungan dengan Pengobatan
1.   Membantu menyiapkan dan memberikan obat kepada pasien.
2.   Membantu memberikan obat secara Intra Muscular.
3.   Membantu memasang infuse.
4.   Membantu memberikan O2.
5.     Membantu memasang kateter.

5.3.4  Perawatan Dasar yang berhubungan dengan pemeriksaan fisik dan
               laboratorium
1.   Membantu menyiapkan darah untuk pemeriksaan diagnose dan laboratorium.
2.   Membantu mengirim bahan untuk pemeriksaan laboratorium


5.4              Pembahasan Contoh Kasus di Ruang Bersalin dan Ruang Bayi
Penyakit yang sangat menarik untuk kami bahas,  ditemukan di Ruang Bersalin dan Ruang Bayi yaitu IUFD (Intra Uterine Fetal Death).
5.4.2     IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan baik pada kehamilan yang besar dari 20 minggu atau kurang dari 20 minggu (Rustam Muchtar, 1998)
IUFD adalah kematian hasil konsepsi sebelum dikeluarkan dengan sempurna dari rahim ibunya tanpa memandang tuanya kehamilan (Sarwono, 2005) Intra Uterine Fetal death ( IUFD) adalah terjadinya kematian janin ketika masih berada dalam rahim yang beratnya 500 gram dan atau usia kehamilan 20 minggu atau lebih.
IUFD atau stilbirth adalah kelahiran hasil konsepsi dalam keadaan mati yang telah mencapai umur kehamilan 28 minggu (atau berat badan lahir lebih atau sama dengan 1000gr). IUFD adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian janin dalam kandungan (KJDK) atau intra uterine fetal deadth (IUFD). Kematian janin dapat terjadi dan biasanya berakhir dengan abortus. Bila hasil konsepsi yang sudah mati tidak dikeluarkan dan tetap tinggal dalam rahim disebut missed abortion. Sesudah 20 minggu biasanya ibu telah merasakan gerakan janin sejak kehamilan 20 minggu. Apabila wanita tidak merasakan gerakan janin dapat disangka terjadi kematian dalam rahim.

1.      ETIOLOGI IUFD
Berbagai penyebab yang bisa mengakibatkan kematian janin di kandungan atau IUFD, diantaranya:
a.    Ketidakcocokan rhesus darah ibu dengan janin.
Akan timbul masalah bila ibu memiliki rhesus negatif, sementara bapak rhesus positif. Sehingga, anak akan mengikuti yang dominan, menjadi rhesus positif. Akibatnya antara ibu dan janin mengalami ketidakcocokan rhesus. Ketidakcocokan ini akan mempengaruhi kondisi janin tersebut. Misalnya, dapat terjadi hidrops fetalis  (reaksi imunologis yang menimbulkan gambaran klinis pada janin, antara lain pembengkakan pada perut akibat terbentuknya cairan berlebih dalam rongga perut (asites), pembengkakan kulit janin, penumpukan cairan di dalam rongga dada atau rongga jantung, dan lain-lain).
b.      Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan janin.
Terutama pada golongan darah A,B,O. "Yang kerap terjadi antara golongan darah anak A atau B dengan ibu bergolongan O atau sebaliknya." Sebab, pada saat masih dalam kandungan, darah ibu dan janin akan saling mengalir lewat plasenta. Bila darah janin tidak cocok dengan darah ibunya, maka ibu akan membentuk zat antibodinya.
c.       Gerakan janin berlebihan
Gerakan bayi dalam rahim yang sangat berlebihan, terutama jika terjadi gerakan satu arah saja. karena gerakannya berlebihan, terlebih satu arah saja, maka tali pusat yang menghubungkan janin dengan ibu akan terpelintir. Kalau tali pusat terpelintir, maka pembuluh darah yang mengalirkan plasenta ke bayi jadi tersumbat.
d.      Berbagai penyakit pada ibu hamil
Salah satu contohnya preeklampsia dan diabetes. Itulah mengapa pada ibu hamil perlu dilakukan cardiotopografi (CTG) untuk melihat kesejahteraan janin dalam rahim.
e.       Kelainan kromosom.
Bisa disebut penyakit bawaan, misalnya, kelainan genetik berat trisomy. Kematian janin akibat kelainan genetik biasanya baru terdeteksi saat kematian sudah terjadi, yaitu dari otopsi bayi.
f.       Trauma saat hamil.
Trauma bisa mengakibatkan terjadi solusio plasenta. Trauma terjadi, misalnya, karena benturan pada perut, karena kecelakaan atau pemukulan. Benturan ini bisa mengenai pembuluh darah di plasenta, sehingga timbul perdarahan di plasenta.
g.      Infeksi materna.
Ibu hamil sebaiknya menghindari berbagai infeksi, seperti infeksi akibat bakteri maupun virus. Demam tinggi pada ibu hamil bisa menyebabkan janin mati.
h.      Kelainan bawaan bayi.
Kelainan bawaan pada bayi sendiri, seperti jantung atau paru-paru, bisa mengakibatkan kematian di kandungan.
                                                                                     
2.      Patofisiologi
Janin bisa juga mati di dalam kandungan (IFUD) karena beberapa faktor antara lain gangguan gizi dan anemia dalam kehamilan, hal tersebut menjadi berbahaya karena suplai makanan yang di konsumsi ibu tidak mencukupi kebutuhan janin. Serta anemia, karena anemia disebabkan kekurangan Fe maka dampak pada janin adalah irefersibel. Kerja organ – organ maupu aliran darah janin tidak seimbang dengan pertumbuhan janin.

3.      Manifestai Klinik
Detak jantung janin tidak terdengar, uterus tidak membesar, fundus uteri turun, pergerakan anak tidak teraba lagi, palpasi anak tidak jelaa, reaksi biologis menjadi negative, setelah anak mati kurang lebih 10 hari dan pada rongen dapat dilihat adanya: tulang-tulang tengkorak tutup menutupi, tulang punggung janin sangat melengkung, hiperekstensi kepala tulang leher janin, ada gelembung-gelembung gas pada badan janin dan bila janin yang mati tertahan 5 minggu atau lebih, kemungkinan Hypofibrinogenemia 25%.

4.      Klasifikasi
Kematian  janin dapat dibagi menjadi 4 golongan yaitu :
a. Golongan I           : kematian sebelum masa kehamilan mencapai 20 minggu penuh.
b. Golongan II         : kematian sesudah ibu hamil 20-28 minggu
c. Golongan III        : kematian sesudah masa kehamilan  > 28 minggu (late fetal Death)
d. Golongan IV        : kematian yang tidak dapat digolongkan pada ketiga golongan diatas.

5.      Faktor Resiko
a.       Terjadinya IUFD dapat dikarenakan beberapa faktor, yaitu:
1)      Status sosial ekonomi rendah, tingkat pendidikan Ibu yang rendah
2)      Usia Ibu > 30 tahun atau < 20 tahun
3)      Partus pertama dan partus kelima atau lebih, kehamilan tanpa pengawasan antenatal
4)      Kehamilan tenpa riwayat pengawasan kesehatan Ibu yang inadekuat
5)       Riwayat kehamilan dengan komplikasi medic atau Obstetrik
6)      Faktor ibu (High Risk Mothers), tinggi dan BB ibu tidak proporsional
7)      Kehamilan di luar perkawinan
8)      Ganggguan gizi dan anemia dalam kehamilan
9)      Ibu dengan riwayat kehamilan / persalinan sebelumnya tidak baik seperti bayi lahir mati dan riwayat inkompatibilitas darah janin dan ibu
b.      faktor bayi (High Risk Infants), meliputi:
1)      Bayi dengan infeksi antepartum dan kelainan congenital
2)      Bayi dengan diagnosa IUGR (Intra Uterine Growth Retardation)
3)      Bayi dalam keluarga yang mempunyai problema social

6.      Diagnosa dan Diagnosa Banding
a.       Anamnesis
Ibu tidak merasakan gerakan janin dalam beberapa hari, atau gerakan janin sangat berkurang. Ibu merasakan perutnya tidak bertambah besar, bahkan bertambah kecil atau kehamilan tidak seperti biasanya. Atau wanita belakangan ini merasakan perutnya sering menjadi keras dan merasakan sakit seperti mau melahirkan.
b.      Inspeksi
Tidak terlihat gerakan-gerakan janin, yang biasanya dapat terlihat terutama pada ibu yang kurus.
c.       Palpasi
              Tinggi fundus lebih rendah dari seharusnya tua kehamilan, tidak teraba gerakanan janin. Dengan palpasi yang teliti, dapat dirasakan adanya krepitasi pada tulang kepala janin.
d.      Auskultasi
              Baik memamakai setetoskop monoral maupun dengan dopler tidak terdengar terdengar DJJ.
e.       Reaksi kehamilan.
              Reaksi kehamilan baru negatif setelah beberapa minggu janin mati dalam kandungan.
f.       Rontgen Foto Abdomen
              Adanya akumulasi gas dalam jantung dan pembuluh darah besar janin.
Tanda Nojosk     : adanya angulasi yang tajam tulang belakang janin.
Tanda Gerhard   : adanya hiperekstensi kepala tulang leher janin
Tanda Spalding  : overlaping tulang-tulang kepala (sutura) janin, disintegrasi tulang janin bila ibu berdiri tegak and kepala janin kelihatan seperti kantong berisi benda padat.


7. Penatalaksanaan
a. Terapi
1) Selama menunggu diagnosa pasti, ibu akan mengalami syok dan ketakutan memikirkan bahwa bayinya telah meninggal. Pada tahap ini bidan berperan sebagai motivator untuk meningkatkan kesiapan mental ibu dalam menerima segala kemungkinan yang ada.
2) Diagnosa pasti dapat ditegakkan dengan berkolaborasi dengan dokter spesialis kebidanan melalui hasil USG dan rongen foto abdomen, maka bidan seharusnya melakukan rujukan.
3) Menunggu persalinan spontan biasanya aman, tetapi penelitian oleh Radestad et al (1996) memperlihatkan bahwa dianjurkan untuk menginduksi sesegera mungkin setelah diagnosis kematian in utero. Mereka menemukan hubungan kuat antara menunggu lebih dari 24 jam sebelum permulaan persalinan dengan gejala kecemasan. Maka sering dilakukan terminasi kehamilan. Maka tindakan yang harus dilakukan adalah kuretasi vakum, kuretase tajam, dilatasi dan kuretasi tajam.

Pengakhiran kehamilan  jika ukuran uterus lebih dari 12 minggu sampai 20 minggu. Misoprostol 200mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria 12 jam sebelumnya. Kombinasi pematangan batang laminaria dengan misoprostol atau pemberian tetes oksitosin 10 IU dalam 500 cc dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Catatan: dilakukan kuretase bila masih terdapat jaringan.

Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 20 – 28 minggu.
Misoprostol 100 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan batang laminaria selama 12 jam. Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes per menit. Kombinasi cara pertama dan ketiga untuk janin hidup maupun janin mati. Kombinasi cara kedua dan ketiga untuk janin mati. Catatan: dilakukakan histerotomi bila upaya melairkan pervaginam dianggap tidak berhasil atau atas indikasi ibu, dengan sepengetahuan konsulen.

Pengakhiran kehamilan  jika lebih dari 28 minggu kehamilan. Misoprostol 50 mg intravaginal, yang dapat diulangi 1 kali 6 jam sesudah pemberian pertama. Pemasangan metrolisa 100 cc 12 jam sebelum induksi untuk pematangan  serviks (tidak efektif bila dilakukan pada KPD). Pemberian tetes oksitosin 5 IU dalam dekstrose 5% mulai 20 tetes per menit sampai maksimal 60 tetes untuk primi dan multigravida, 40 tetes untuk grande multigravida sebanyak 2 labu. Kombinasi ketiga cara diatas. Catatan: dilakukan SC bila upaya melahirkan pervaginam tidak berhasil, atau bila didapatkan indikasi ibu maupun janin untuk menyelesaikan persalinan.

2)      Periksa ulangan (follow up)
               Dilakukan kunjungan rumah pada hari ke 2, 6, 14, atau 40 hari. Dilakukan pemeriksaan nifas seperti biasa. Mengkaji ulang tentang keadaan psikologis, keadaan laktasi (penghentian ASI), dan penggunaan alat kontrasepsi.

8.      Dampak
Kematian janin dalam kandungan 3-4 minggu, biasanya tidak membahayakan ibu. Setelah lewat 4 minggu maka kemungkinan terjadinya kelainan darah (hipo-fibrinogenemia) akan lebih besar karena itu pemeriksaan pembekuan darah harus dilakukan setiap minggu setelah diagnosis ditegakkan. Bila terjadi fibrinogenemia., bahayanya adalah perdarahan post partum. Terapinya adalah dengan pemberian darah segar atau fibrinogen.
Dampak lainnya yaitu, Trauma emosional yang berat menjadi bila antara kematian janin dan persalinan cukup lama, dapat terjadi infeksi bila ketuban pecah, dapat terjadi koagulopati bila kematian janin berlangsung lebih dari 2 minggu.

9.      Jenis – Jenis Persalinan Untuk Janin Mati
a.        Pertolongan persalinan dengan perforasi kronioklasi.
Perforasi kronioklasi merupakan tindakan beruntun yang dilakukan pada bayi yang meninggal di dalam kandunagan untuk memperkecil kepala janin dengan perforation dan selanjutnya menarik kepala janin (dengan kranioklasi) tindakan ini dapat dilakukan pada letak kepala oleh letak sungsang dengan kesulitan persalinan kepala. Dngan kemajuan pengawasan antenatal yang baik dan system rujukan ke tempat yang lebih baik, maka tindakan proferasi dan kraioklasi sudah jarang dilakukan. Bahaya tindakan proferasi dan kraniioklasi adalah perdarahan infeki, trauma jalan lahir dan yang paling berat ruptira uteri( pecah robeknya jalan lahir).
b.      Pertolongan persalinan dengn dekapitasi.
Letak lintang mempunyai dan merupakan kedudukan yang sulit untuk dapat lahir normal pervaginam. Gegagalan pertolongan pada letak lintang menyebabkan kematian janin, oleh karena itu kematian janin tidak layak dilkukan dengan seksio sesaria kecuali pada keadaan khusus seperti plasenta previa totalis, kesempitan panggul absolute. Perslinan di lakukan dengan jalan dekapitasi yaitu dengan memotong leher janin sehingga badan dan kepala janin dapat di lahirkan.
c.        Pertolongan persalinan dengan eviserasi.
Eviserasi adalah tindakan operasi dengan mengeluarkan lebih dahulu isi perut dan paru (dada) sehingga volume janin kecil untuk selanjutnya di lahirkan. Eviserasi adalah operasi berat yang berbahaya karena bekerja di ruang sempit untuk memperkecil volume janin bahaya yang selalu mengancam adalah perdarahan,infeksi dan trauma jalan lahir dengan pengawasan antalnatal yang baik, situasi kehamilan dengan letek lintang selalu dapat di atasi dengan versi luar atau seksio sesaria.
d.      Pertolongan persalinan dengan kleidotomi.
Kleidotomi adalah memotong tulang klavikula (tulang selangka) sehingga volume bahu mengecil untuk dapat melahirkan bahu. Kleidotomi masih dapat dilakukan pada anak hidup, bila diperlukan pada keadaan gangguan persalinan bahu pada anak yang besar.
 BAB 6
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian dan tujuan di atas dapat kita simpulkan bahwa selama melaksanakan praktik klinik di Rumah Sakit Pura Raharja :
6.1.1        Mahasiswa dapat melaksanakan asuhan keperawatan dasar langsung maupun tidak langsung.
6.1.2        Mahasiswa dapat memenuhi target praktik klinik.
6.1.3        Mahasiswa dapat menerapkan teori yang diperbolehkan dari pendidikan dalam memberikan pelayanan kesehatan secara langsung kepada pasien.
6.1.4        Kesesuaian antara teori dan praktek
Dalam melakukan tindakan, antara teori dan praktek ada perbedaan.  Dikarenakan dalam dunia kerja dituntuk untuk berkerja efektif dan efisien agar pasien mendapatkan pelayanan yang lebih cepat

6.2  Saran
6.2.1        Untuk Mahasiswa
Mahasiswa diharapkan lebih aktif untuk mencari dan mempelajari hal hal yang baru tentang ilmu keperawatan dasar yang belum pernah mereka dapatkan di kelas

 DAFTAR PUSTAKA

Perry, Anny.G dan Patricia A. Potter. 1999. Keterampilan dan prosedur dasar ed.3. Jakarta: EGC
De Caestecker, J., 2006. Upper Gastrointestinal Bleeding: Surgical Perspective, e-medicine clinical reference

Laine L., 2005. Gastrointestinal Bleeding. In: Kasper, D.L, Fauci, A.S., Longo, D.L., Braunwald, E., Hauser, S.L., Jameson, J.L., Harrison’s Principles of Internal Medicine. 16th Edition. USA: McGraw-Hill, p. 2372-2393
Soedigdomarto, Harjo, dkk. 2004. Perawatan ibu di pusat kesehatan masyarakat. Surabaya: Pusat penelitian dan pengembangan pelayanan kesehatan.